Basa-Basi #32 : Memberi



Pada akhirnya ada titik dimana kita menyadari bahwa hidup ini tidak lain adalah urusan memberi, tanpa harus ada embel-embel menerima. Perbincangan dengan seorang teman wanita malam ini menyadarkan saya bahwa seorang manusia tugasnya adalah memberi, dan bukan hanya menerima. Porsi memberi harus lebih banyak, tinggal menunggu menerima saja.

Kasih sayang seorang ibu, misalnya, atau kasih sayang seorang kekasih. Tanpa embel-embel pemberian balik atau kasih sayang dengan kadar yang sama. Memberi konon adalah kunci bagi kisah cinta sejati menurut Erich Fromm.

Saya kemudian menyadari bahwa hidup ini terlalu singkat apabila dihabiskan hanya untuk membenci sesama. Seperti ungkapan Sartre yang terkenal ‘Hell is the other people’ atau ‘neraka adalah orang lain’. Manusia pada akhirnya menciptakan masalah karena hubungan buruknya dengan orang lain.

Maka sebaik-baiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Begitu menurut hadits. Selaras juga dengan kata-kata lain dalam agama-agama lainnya, manusia selalu dianjurkan untuk mengasihi sesamanya, menjauhi pertengakaran dan permusuhan, serta menghilangkan rasa iri dengki di dalam hati. Karena sebenarnya, manusia menjadi lebih baik apabila ia memperlakukan manusia lainnya secara baik pula.

Saya jadi teringat kisah Apu, bocah fiksi dalam trilogi novel karangan Bibhuthibhusan Banerji, yang berkelana dan mengarungi lautan kehidupan. Hal menarik dalam novel ini adalah semangat memberi. Mulai dari ibunda dari Apu sendiri yang memberikan segala hidupnya untuk sang anak, hingga Apu yang berusaha mati-matian hidup sengsara di kota dan terselamatkan oleh sikap memberi dan berhubungan baik dengan orang lain.

Bahkan tampaknya apabila kita mau memandang dari sudut pandang yang lain, novel Mark Twain pun bisa masuk. Bagaimana Tom Sawyer yang mau berhubungan baik dengan Huckleberry Finn dan pada akhirnya bekerjasama menuntaskan kasus besar dan petualangan adalah bukti nyata bahwa hubungan baik perlu dilakukan dimanapun dan siapapun kamu.


Bulan ini saya hendak menginjak usia 18 tahun, usia legal untuk merokok, tapi masih ilegal minum alkohol. Semakin tua, semakin banyak yang perlu dihadapi, semakin banyak hal yang perlu dibereskan, ditingkatkan atau bahkan ditinggalkan.

Beberapa buku menyelamatkan saya, beberapa teman membantu saya, keluarga mendukung saya, dan orang-orang tak dikenal bahkan menunjukkan jalan. Hidup menyenangkan sekaligus menyedihkan, penuh gelak tawa dan isak tangis.

Beberapa tahun kedepan, saya harus siap menghadapi kenyataan bahwa saya perlu menikah, perlu memiliki anak, perlu mempersiapkan rumah, dan banyak keperluan yang akan kian menumpuk seiring berjalannya waktu. Hal-hal ini perlu diperhitungkan, tapi tidak perlu dirisaukan.

Karena hidup kadang-kadang menghantam kita dengan peristiwa yang tidak terduga. Bukan begitu?

Marilah berbuat baik, mulai memberi, kurangi meminta. Jagalah hubungan baik dan positif, kurangi hubungan negatif dan tidak memberi dampak apa-apa terhadap hidup. Semesta raya memberkahi kita. Amin.



Ciamis, 4/4/2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis dan Pembahasan Puisi Sajak Matahari karya W.S Rendra

Macam-Macam, Jenis dan Contoh Cara Penggambaran Tokoh dalam Cerita

Jagat Alit - Godi Suwarna