Basa-Basi #43 : Jatuh Sakit




 Seorang tabib sakti diisukan bisa menyembuhkan segala jenis penyakit. Tabib ini konon memiliki keajaiban yang terselip diantara tangannya dan Tuhan memberikan mukjizat berupa pengobatan manjur segala macam penyakit. Seorang kenalan menyarankan saya untuk berobat pada beliau.


Saat ini, saya sedang dalam proses penyembuhan pasca Guillain-Barre Syndrome (GBS) dan saya sudah tiga bulan duduk di kursi roda. Dua minggu pertama memang menyedihkan, saya bahkan tidak bisa menggerakkan kaki dan tangan sedikitpun. Apabila ingin menggeser kaki, saya meminta bantuan pada orangtua untuk mengangkat kaki saya.


Setelah fase akut berakhir, perlahan tenaga mulai muncul dari bagian atas tubuh. Tangan saya yang pertama berangsur pulih, saya mulai bisa mengetik dan menggambar untuk bekerja kembali. Tapi kaki sampai saat ini belum banyak bertenaga untuk menahan berat badan saya, meski saat ini sudah mulai fleksibel dan membaik.


Sebagian orang bilang bahwa saya terkena guna-guna, diserempet setan yang menghuni mata air atau pojokan hutan, sampai yang paling ekstrim—dikirimi semacam teluh. Tentu saja saya tidak menelan mentah-mentah pendapat itu, meskipun juga mungkin saja ada benarnya, dengan dunia ghaib yang begitu luas dan tak bisa dijangkau nalar manusia.


Meskipun saya lebih percaya dengan pendapat dokter. Beberapa kali saya mengunjungi dokter saraf, menemui dokter fisioterapi, hingga melakukan pemindain tulang belakang dan otak. Pada awalnya semua orang sedikit kaget karena tidak ditemukan kelainan pada tulang atau bagian-bagian yang dicurigai menjadi penyebab kelumpuhan. Hasil tes darah menunjukkan bahwa gula darah saya normal, jumlah kalium normal—yang kadang kekurangan kalium bisa menyebabkan kelumpuhan— dan bahkan hal-hal semacam tekanan darah pun normal.


Dokter saraf bilang bahwa saya mengalami gejala GBS setelah mengetahui latar belakang saya. Penyakit autoimun ini bisa dibilang tidak terlalu populer dan bukan penyakit umum seperti stroke yang mudah ditemui hampir di setiap daerah. Tapi di sisi lain, penyakit autoimun memang belum ditemukan penyebabnya, dan oleh karena itu belum ditemukan juga obatnya.


Hal yang bisa dilakukan hanyalah mengurangi efeknya, misalnya dokter memberikan mecobalamin dan asupan vitamin b12. Selain itu, latihan ringan yang rutin juga bisa membantu mempercepat proses pemulihan tenaga. Setelah menjalani latihan rutin, saya perlahan membaik, dan meskipun belum pulih seperti semula, saya cukup bersyukur setidaknya tidak separah ketika awal jatuh sakit.


***


Selama sakit pula saya menemukan hal-hal yang unik, janggal dan mengundang senyum. Misalnya, karena terlalu malas untuk menjelaskan perkara autoimun dan orang-orang juga terlalu sulit menangkap konsep dari imun tubuh yang menyerang saraf, maka beberapa orang menyimpulkan bahwa saya terkena stroke.


Hal ini kemudian berkembang ke arah yang lain. Seorang saudara menyarankan agar saya diurut ke seorang sakti mandraguna yang bisa menyembuhkan segala penyakit. Hal yang mengundang perhatian saya dari sang sakti ini adalah metode pengobatannya.


Sebut saja namanya Ki Urut, seorang yang memiliki keajaiban di ruas-ruas jari tangannya. Persis seperti cerita mukjizat, bahwa setiap kali jarinya bergerak, ia mampu menyedot kekuatan jahat sekaligus menggiring urat-urat di dalam tubuh sang pasien bergerak ke tempatnya semula. Jika seorang pasien tangannya sakit, maka tangannya diurut, begitu pula dengan kaki. Tapi yang sedikit unik adalah dia menerapkan prinsipnya untuk segala penyakit di segala organ. Jika seorang pasien sakit hidung, maka hidungnya dipijit, begitu juga jika mulut atau telinga yang sakit. Sedikit unik, dan saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika seseorang mengalami ejakulasi dini dan berobat pada beliau.


Hal lain yang menghibur saya adalah kesaksian seorang kawan. Sebutlah namanya dengan sebutan Joni. Seperti laki-laki pada umumnya, kehidupannya dipenuhi dengan urusan percintaan yang rumit. Dia beberapa kali kawin-cerai dan suatu saat karena tak tahan dia mengadu pada seorang paranormal tentang urusan asmaranya. Ternyata selama ini dia diguna-guna sehingga kehidupan asmaranya tak pernah berjalan mulus, dan atas saran sang sakti, Joni menemukan akar permasalahannya. Akar permasalahannya ternyata berawal dari celana dalam milik sang mantan istri yang dicuri oleh mantan pacar istrinya, kemudian dijadikan media guna-guna.


Mendengar cerita nyeleneh semacam itu saya bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya. Joni berkata bahwa semenjak dia tahu hal itu, ketika memulai hubungan baru, dia menganjurkan agar istrinya tidak menjemur pakaian sembarangan di luar rumah. Joni menyarankan saya berobat pada sang sakti, dan dia bilang bahwa syarat untuk pengobatan biasanya sulit, tapi manjur. Misalnya harus menyediakan ayam cemani, atau menemukan pohon kelapa yang tumbuhnya menghadap ke suatu arah mata angin.


***


Di sisi yang lain, saya juga menemui hal-hal menyebalkan ketika sakit. Hal paling menyebalkan mungkin perkara birokrasi dan fasilitas kesehatan untuk orang-orang yang sakit. Mulai dari surat rujukan yang sulit luar biasa untuk didapatkan dengan berbagai macam alasan, RSUD yang tidak mengimplementasikan sistem online dengan maksimal, hingga fasilitas yang tidak menunjang menjadi masalah.


Sebetulnya sebelum memutuskan menggunakan BPJS dan pergi ke rumah sakit, saya terlebih dahulu berobat ke dokter saraf. Fasilitas yang didapatkan cukup memadai dan pemeriksaan dilakukan dengan intensif, intinya saya merasa nyaman berobat dengan beliau—Pak Dokter ini membuka praktek di rumahnya. Tapi dalam suatu kesempatan, saya merasa perlu pergi ke rumah sakit.


Dalam benak saya sejujurnya pergi ke rumah sakit agar bisa mendapatkan penanganan yang lebih baik—atau setidaknya fasilitas penunjang yang lebih lengkap. Namun fakta di lapangan ternyata sebaliknya, minimnya fasilitas—bahkan sulitnya mengakses jadwal dokter secara daring—membuat saya akhirnya memutuskan kembali lagi berobat pada sang dokter.


Selain itu, karena obat saraf mungkin cenderung mahal dan langka, ada sedikit ketidaksesuaian dalam pemberian obat. Saya maklumi, karena mungkin bisa saja kelalaian pihak apotek, atau mungkin karena ketidaktelitian. Pada akhirnya, saya kembali pada dokter saraf dan saat ini—tanggal 29 Juni 2023–saya berobat jalan, dengan jadwal kontrol sebulan sekali untuk memantau perkembangan.


***


Melihat semua yang dialami dalam 3 bulan ini membuat saya sedikit tersenyum haru. Senyuman itu datang karena saya mengingat fase akut yang sudah dilewati, dari yang tidak bisa memegang sendok, tidak bisa mengangkat botol minum, kaki lumpuh, sampai saat ini saya berangsur membaik. Tentu dengan kehadiran orang-orang terkasih yang selalu ada juga membuat saya merasa mungkin Tuhan memberikan jalan agar saya bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga dan orang-orang terdekat.


Saat ini, saya sudah bisa jongkok, menahan setidaknya beberapa persen berat badan saya. Meskipun kadang rasa pegal muncul di bagian betis, tapi tentu bukan masalah besar. Toh, kondisi saya berangsur membaik dari hari ke hari.


Dalam suatu pertemuan dengan dokter saraf, beliau mengatakan agar saya tidak perlu ambil pusing. Alasannya sederhana, dokter bilang bahwa kondisi saya pasti akan sembuh, utamanya setelah mengetahui tidak ada kendala dalam pernapasan dan pencernaan. Tingkat kesembuhan dari penyakit ini hampir sempurna, jadi katakanlah dari 100 orang yang terkena penyakit, 90 atau lebih kembali seperti semula, yang menjadi pertanyaan adalah kesabaran sang pasien.


Konon beberapa orang harus menghabiskan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk bisa belajar berjalan kembali. Dalam pertemuan itu, dokter bertanya apakah saya stress, dia berkata bisa memberikan anti-depresan jika saya mengalami gangguan tidur atau gelisah. Saya menjawabnya dengan mantap bahwa setiap hari saya minum kopi pahit dan menyedot vape selayaknya manusia normal. Saya tertawa dan dokter tersenyum, kami berdua sama-sama tahu bahwa rasa optimis bisa menghalau semua penyakit.


Dalam masa ini saya bersyukur sekaligus senang. Bersyukur karena saya diberikan penyakit yang cukup unik dan aneh—dan Tuhan tidak pernah membebani manusia dengan hal yang tak mampu diatasinya. Tentu saja orang lain belum tentu mampu menghadapi hal semacam ini, jadi ini semacam Tuhan memberikan saya sebuah penghargaan—penghargaan bahwa saya lebih kuat dari kebanyakan orang. Saya tentu tidak bisa berkata apa-apa selain berterima kasih atas penghargaan besar ini, suatu kehormatan melewati ujian yang hanya segelintir orang diberi hal semacam ini.


Saya juga senang karena apapun yang terjadi, saya masih bisa tertawa-tawa menonton film komedi sambil menyeruput segelas kopi. Tentu harapan untuk sembuh terbuka sangat lebar, dan saya sangat siap untuk kembali seperti semula. Tapi sambil menunggu saat itu tiba, alangkah menyenangkan jika saya lebih banyak produktif. Menulis, menggambar, atau sekadar menonton film. 


Saraf boleh saja dalam kondisi lemah untuk saat ini, tapi pikiran harus selalu dalam kondisi prima. Semoga ini menjadi catatan untuk diri saya di masa depan bahwa saya pernah mengalami hal yang luar biasa. Melawan penyakit yang sedikit unik dan langka, sambil tertawa-tawa. Saya tidak gentar dengan apapun yang Tuhan berikan, karena seperti yang dikatakan orang-orang bijak, Tuhan tidak memberikan ujian yang tak bisa diselesaikan hambaNya. 




Ciamis, 29 Juni 2023.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis dan Pembahasan Puisi Sajak Matahari karya W.S Rendra

Macam-Macam, Jenis dan Contoh Cara Penggambaran Tokoh dalam Cerita

Jagat Alit - Godi Suwarna