Kenangan dan Perjalanan Musik di Kehidupanku

Malam dingin, pertengahan Maret 2015

Seperti biasa, secangkir kopi panas dan alunan musik tersaji kembali malam ini, seperti malam-malam sebelumnya yang juga sama dinginnya, sama mencekamnya, dan sama nikmatnya. Yah, untuk postingan kali ini nampaknya saya nggak akan membahas sesuatu yang bersifat perlu dibaca oleh publik atau mengandung pesan ajakan atau bahkan pesan mempengaruhi seperti postingan-postingan yang telah lalu. Untuk kali ini saya Cuma mau menulis yang bersifat personal.Walaupun begitu, jikalau ada yang mau membaca ya monggo teruskan.

Kali ini saya mau membahas playslist lagu di komputer maupun smartphone saya, yah— saya memang penikmat musik, walaupun saya mendownload dari situs-situs pak tani.Untuk anda yan kebetulan punya uang untuk membeli CD originalnya, lebih baik membeli musik originalnya untuk mensupport penyanyi yang bersangkutan. Kalau saya, harapan saya di masa-masa yang akan datang dimana saya sudah bekerja dan punya uang lebih, mau lah untuk memberikan dukungan terhadap mereka.

Oke, kembali pada topik bahasan, di playlist Winamp komputer saya terdapat lebih dari 300 lagu yang tak semuanya nyaman didengar.Mulai dari genre Gothic metal hingga pop rock Malaysia se-melehoy Search.Dulunya, saya seorang penggemar genre lagu gothic-metal, mulai dari yang lokal seperti Kedjawen, Kedaton, atau Batu Nisan hingga mancanegara sekelas Within Temptation atau Epica.

Awal mula ‘pertemuan’ saya dengan genre musik metal adalah ketika mendengar musik Angels dari Within Temptation, mulai dari sana saya mengeksplorasi lebih dalam tentang Metal, Gothic Metal, bahkan hingga Trash Metal dan Hardcore. Berkali-kali saya mencoba mendengarkan musik se’pecah’ Kujang Rompang dari Jasad dan Betrayer.Namun, telinga saya kurang cocok dengan musik terlalu keras, untuk level medium seperti Gothic Metal saya masih suka mendengarkannya, ada adem-adem ngeri ketika mendengar suara vokalis wanita bersuara soprano.Untuk lagu gothic metal lokal saya menyukai Pasukan Panji Hitam dari Kedjawen, terlebih dengan vokalis wanitanya yang terdengar seperti sinden Lingsir Wengi menurut saya pribadi.

Di urutan kedua musik Gothic Metal lokal yang saya suka adalah Kedaton dengan lagu Misteri Kehidupan, jelas dengan tema kematian (yang memang mayoritas gothic metal mengangkat tema ini) saya menjadi mengingat masa-masa lampau, berapa banyak yang bisa saya perbuat untuk orang disekitar dan apa saja yang saya buat yang menghancurkan perasaan orang lain. Terakhir saya punya lagu Tangisan Dewi Kegelapan milik Batu Nisan.Khusus lagu ini, saya kurang menyukai vokal wanitanya (Dyanti) yang kurang ‘gothic’ menurut saya, kurang dingin untuk kelas gothic metal.

Selanjutnya ada lagu-lagu yang Cuma keras saja tanpa membuat telinga pecah, yakni musik rock. Kalau pengalaman pertemuan saya dengan genre musik yang terbilang sarat akan jiwa muda ini dimulai pada waktu masih SD, waktu kelas 3 entah 4 SD, Aris, Kakak saya memberikan sebuah MP3 player berisikan lagu-lagu rock barat seperti RHCP dan Greenday. Alasan lainnya, waktu masih SMA, kakak saya ini senangnya lagu-lagu Greenday, malah, waktu masih kelas 4 SD saya sudah bisa melafalkan beberapa kata bahasa Inggris dengan bantuan lagu-lagu barat itu. Untuk rock barat, yang paling saya suka Minority (yang ini legend banget, awal denger rock yang ini, sampai sekarang masih belum bosen :P), Boulevard of Broken Dreams, 21 Guns, Wake Me Up When September Ends, Basket Case, Castaway. Untuk band selain Greenday saya mempunyai listnya:

RHCP : Scar Tissue, Californication, Otherside
Bon Jovi, Bryan Adams, Nirvana, Muse, Linkin Park, GnR, Queen.

Selain itu, awal kelas 7 SMP mulai suka dengan lagu-lagu Rock lokal, khususnya Superman Is Dead yang bukan cuma mengandalkan hentakan musik saja tapi dengan lirik-lirik memukau, beberapa lagu yang liriknya cukup bagus adalah Lady Rose, We Are Outsiders, Kita Luka Hari Ini Mereka Luka Selamanya, Bukan Pahlawan, dan masih banyak yang tak mungkin saya sebutkan dikarenakan bakalan terlalu panjang. Bagi saya, hal yang paling menarik di band ini adalah Jerinx atau Jrx, drummer Superman Is Dead sekaligus vokalis band Devildice. Menurut saya pribadi, dia tampaknya adalah otak dari band ini, aksi nyatanya adalah menolak Reklamasi Teluk Benoa yang menurutnya akan berpengaruh pada kehidupan alam Bali, ribuan olah telah menjadi aktivis bersama Jerinx. Selain itu, saya pikir dia adalah seorang sastrawan yang menjelma menjadi drummer (siapa yang tahu :P wkwk). Meskipun sekujur tubuh penuh tattoo, menenggak wine setiap malam, tapi mereka tetap mencintai budaya Indonesia khususnya menjaga erat budaya Bali, ditunjukkan dengan berpartisipasinya mereka dalam cara-acara bertajuk Bhinneka Tunggal Ika. Dan lagi, bli Jrx merupakan orang yang sukses menginspirasi saya untuk menjadi seorang yang lebih mencintai keberagaman, tak peduli status dan sebagainya, Bhinneka Tunggal Ika harus tetap dijaga.

Untuk Superman Is Dead, saya lebih banyak menyukai lagu-lagu di album Sunset Di Tanah Anarki, mulai dari Water Not War, Burn The Night, Bulletproof Heart, Bulan dan Ksatria, hingga Ketika Senja. Selain dalam album Sunset di Tanah Anarki, saya menyukai lagu Kuta Rock City, Lady Rose, Bukan Pahlawan, Goodbye Whisky. Saya sendiri takkan mengaku sebagai seorang outsiders, karena bagaimanapun outsiders harus menjadi orang yang juga mensupport band ini, sedangkan saya, membeli merchandise original pun tidak pernah. Sudahlah, saya harap suatu hari nanti bisa jalan-jalan ke Bali, kemudian minum-minum di bar bersama mereka atau menonton live perform mereka di café-café sekitaran Ubud.
Usai musik bergenre rock, ada musik Indie (cenderung folk sih), walaupun Superman Is Dead awalnya beraliran Indie juga, namun khusus kategori ini untuk musik-musik yang tak terlalu menghentak.Di dalam list ini saya akan memasukkan beberapa band yang menurut saya sangat nikmat didengarkan saat senja ataupun dinihari, dengan secangkir kopi panas sambil menikmati lembayung senja.

Untuk pertama kali perkenalan saya dengan genre musik indie ini ketika saya membaca sebuah thread di forum Kaskus, waktu itu saya mendengarkan lagu Aku Tenang dari band Fourtwnty, rasanya sejuk. Beda dengan gothic metal, kalau gothic metal dingin, kalau indie rasanya sejuk, santai.Usai mendengarkan lagu itu, saya kembali mencari lagu lain, yang saya temukan adalah Efek Rumah Kaca dengan lagu Kenakalan Remaja di Era Informatika namun rasanya kurang pas di telinga.Seiring waktu berlalu, saya menemukan banyak lagu dari youtube maupun soundcloud, Endah N Rhesa, Dialog Dini Hari (yang kemudian kedua band ini menyatu jadi DDHEAR), kemudian ada Payung Teduh, Float, dan Navicula.
Di urutan pertama saya sering mendengarkan lagu Dialog Dini Hari dengan lagu-lagunya Oksigen, Tentang Rumahku, Aku Adalah Kamu.Kemudian ada Endah N Rhesa dengan Liburan Indie dan Untuk Dikenang.Selanjutnya Navicula dengan lagu Metropolutan dan Mafia Hukum.Ada Payung Teduh dengan Cerita Gunung dan Laut, Menuju Senja, serta lagu Untuk Perempuan yang Sedang Dalam Pelukan.

Yah—intinya dari sekian banyak genre musik yang ada saat ini beberapa genre diatas yang sering menemani saya di depan pc, baik itu sedang bermain game, menulis artikel, atau melakukan aktivitas lain seperti duduk bersila di sore hari untuk menenangkan pikiran dari hari yang melelahkan sekaligus menakjubkan. Musik memang bisa memberikan ketenangan, memberikan semangat, atau bahkan melampiaskan stress. Untuk ketenangan, di dini hari yang dingin lagu-lagu indie folk merupakan solusinya, beberapa lagu lain seperti Fix You (Coldplay) atau lagunya Oasis saya dengarkan juga. Sedangkan, saat membutuhkan semangat atau sedang mentok menulis status yang konon membuat beberapa orang berang saya mengandalkan lagu-lagu rock, lagu dari Superman Is Dead, Muse, Greenday, bahkan lagu-lagu band Rhapsody of Fire. Di lain waktu, ketika saya gagal menyerang saat bermain game-game strategi (Clash of Clans, Clash Royale) saya langsung menyalakan speaker, mengatur hingga volume paling tinggi, kemudian memutar lagu-lagu metal atau gothic, karena dengan lagu gothic ada sensasi tersendiri ketika merdunya suara vokalis wanita itu makin lama berganti dengan vokal berat vokalis lelaki ala trash metal, disaat itulah emosi menyala-nyala.

Saya sangat jarang mengganti playlist musik di pc maupun ponsel, jadi ya tetap saja begitu.Mungkin saya juga seorang yang tak suka dengan lagu yang kesannya melow-melow, terutama lagu yang diciptakan baru-baru ini. Waktu hits separuh aku memberikan virus bagi semua anak-anak dari TK hingga kuliahan , saya masih menyukai musik Queen. Waktu lagu-lagu kesempurnaan cinta atau Dia membuat semua orang ‘klepek-klepek’ entah kenapa saya tak kunjung mengunduh lagunya, dan masih tetap memutar musik-musik Dialog Dini Hari dan Float.

Menurut saya pribadi, hal terpenting pada sebuah lagu adalah liriknya, karena sebagus apapun petikan gitar sang gitaris, kalau liriknya hanyalah berisikan omong kosong dan khayalan saja maka tak bisa disebut lagu yang bagus. Saya lebih menyukai musik yang memiliki makna / amanat terkandung dalam liriknya. Mungkin saya terdengar seperti seorang pertapa maniak yang baru keluar dari goa setelah menyelesaikan semedi beribu tahun lamanya, namun sungguh! Lagu-lagu One Direction atau Geisha tak membuat saya nyaman berada di depan pc. Coba bandingkan dengan lirik Navicula – Mafia Hukum :

Korupsi korupsi semakin menjadi,
Apapun terjadi di atas transaksi
Mafia hukum hukum saja
Karena hukum tak mengenal siapa

Saya tak mau membandingkannya dengan musik-musik yang sedang populer saat ini. Amboi! Lalu ada Jadilah Legenda – Superman Is Dead, Kenakalan Remaja di Era Informatika – Efek Rumah Kaca dan masih banyak lagu lain yang kualitas liriknya saya jamin diatas lagu-lagu pop yang easy-listening.

Saya mengutip pembicaraan Jrx, drummer Superman Is Dead dari sebuah wawancara yang saya saksikan di televisi beberapa bulan kebelakang, jadi intinya menurut dia sebuah karya/musik yang berani meneguhkan pendiriannya untuk nggak ikut-ikutan dengan musik-musik yang mainstream dan memberikan ciri khasnya pasti akan lama berjaya. Tampaknya itu memang benar, banyak sekali boyband dan girlband yang Cuma ikut-ikutan, tenar selama beberapa bulan hanya untuk pamer paha dan dada, kemudian lenyap.Berbeda dengan mereka yang berani mengambil resiko dengan lagu-lagu yang berbeda dengan di pasaran/anti-mainstream, walaupun tak terlalu tenar dan bisa disaksikan di layar kaca setiap malam, namun band-bandnya masih tetap utuh dan bahkan fansnya semakin meningkat.

So, pendirian bukanlah hal yang harus diubah-ubah sesuai permintaan orang lain, pendirian merupakan sebuah hal yang harus tetap dijaga selama kita masih bisa berdiri. Lewat jalur musik, mereka telah membuktikan jika apa yang sering disebut oleh banyak orang sebagai pecundang atau orang gila yang nggak mengikuti kehendak umum akhirnya bisa tetap berdiri, dibandingkan mereka yang melacurkan pendiriannya.

Akhir artikel ini, musik berganti menjadi Mother Earth – Within Temptation.


“Semesta bicara tanpa suara
Semesta yang kadang buta aksara
Sepi itu indah percayalah
Membisu itu anugerah”
-       Hujan di Mimpi – Banda Neira

Ciamis,

Ketika malam yang dingin tak sanggup mengalahkan kegelisahan.

Komentar

Postingan Populer