Friedrich Nietzsche (1844-1900) | Biografi
![]() |
| Friedrich Wilhelm Nietzsche |
Siapa yang tidak kenal dengan filsuf berkumis tebal satu ini? Ya, Friedrich Wilhelm Nietzsche atau yang lebih dikenal sebagai "Pembunuh Tuhan" ini merupakan salah satu filsuf yang dikenal dengan 'nihilisme'-nya. Ada beberapa tulisan yang saya dapatkan dari berbagai situs di internet yang sengaja saya rangkum agar bisa dipahami untuk anda yang kesulitan mencari biografinya secara lengkap.
Kehidupan Nietzsche secara Singkat
Friedrich Nietzsche lahir pada 15 Oktober 1844 di Röcken-bei-Lützen, Kerajaan Prusia. Ia merupakan seorang putra dari pendeta Lutheran Carl Ludwig Nietzsche (1813-1849) dan Franziska. Ia memiliki nama lajang Oehler (1826-1897). Ia diberi nama tersebut untuk menghormati kaisar Prusia Friedrich Wilhelm IV yang memiliki tanggal lahir yang sama. Adik perempuannya Elizabeth dilahirkan pada 1846. Setelah kematian ayahnya pada tahun 1849 serta adik laki-lakinya Ludwig Joseph (1848-1850), keluarga ini pindah ke Naumburg dekat Saale.
Pada tahun 1858, Nietzsche masuk sekolah arama di Pforta dan memperoleh nilai tinggi dalam bidang agama, sastra Jerman dan zaman klasik. Setelah lulus dari Pforta, pada tahun 1864 ia belajar di Universitas Bonn bidang teologi dan filologi klasik. Sayangnya, hanya setahun ia belajar di sana dan kemudian pindah ke Leipzig. Tahun 1869-1879 ia dipanggil Universitas Basel untuk mengajar filologi dan setelah itu ia terpaksa pensiun dengan alasan kesehatan. Kehidupan produktif Nietzsche berlangsung hingga tahun 1889, hingga pada akhirnya tahun 1900 ia meninggal karena penyakit kelam!n yang dideritanya.
Pada tahun 1858, Nietzsche masuk sekolah arama di Pforta dan memperoleh nilai tinggi dalam bidang agama, sastra Jerman dan zaman klasik. Setelah lulus dari Pforta, pada tahun 1864 ia belajar di Universitas Bonn bidang teologi dan filologi klasik. Sayangnya, hanya setahun ia belajar di sana dan kemudian pindah ke Leipzig. Tahun 1869-1879 ia dipanggil Universitas Basel untuk mengajar filologi dan setelah itu ia terpaksa pensiun dengan alasan kesehatan. Kehidupan produktif Nietzsche berlangsung hingga tahun 1889, hingga pada akhirnya tahun 1900 ia meninggal karena penyakit kelam!n yang dideritanya.
*Catatan penulis :
Pada tahun 1889 Nietzsche mengalami gangguan kejiwaan, dia menjadi gila sehingga harus 'menyepi' dan dirawat oleh adiknya yakni Elizabeth. Pada tahun-tahun terakhir (2 tahun terakhir) bahkan ketika ibunya meninggal dunia dan Nietzsche tidak sadar, tidak mengetahui kalau ibunya sudah tiada.
Penyakit kegilaan Nietzsche ini, menurut beberapa sumber yang saya ketahui karena ibu dan bapaknya masih bersaudara, dan karena perkawinan sesama keluarga akan melahirkan gen yang buruk, mungkin ini asal mula kenapa Nietzsche bisa mengalami gangguan kejiwaan.
Nietzsche di Sekolah
Pada umur empat belas tahun Nietzsche pindah ke sekolah dan seklaigus asrama yang bernama Pforta. Sekolah ini dikenal cukup keras dan ketat. Acara-acara disusun sedemikian ketat sehingga seolah-olah para murid merasa hidup di dalam penjara. Hanya pada hari Minggu, anak-anak diberi sedikit kebebasan, yaitu tidur setengah jam lebih lama. Sedangkan jam-jam lainnya dipakai untuk mengadakan semacam pengulangan atau repetisi pelajaran-pelajaran yang sudah diterima selama seminggu yang baru saja berlalu.
Selama di Pforta Nietzsche belajar bahasa Yunani dan Latin secara intensif. Dari sinilah ia mendapatkan bekal yang kuat untuk menjadi seorang ahli filologi yang brilian. Di samping belajar kedua bahasa itu, ia juga masih belajar bahasa Hibrani, karena pada waktu itu ia masih bermaksud menjadi pendeta sesuai dengan keinginan keluarganya. Namun Nietzsche mengakui bahwa dia tidak berhasil menguasai bahasa Hibrani. Bagi Nietzsche tata bahasa Hibrani yang termasuk rumpun bahasa semit ini dirasa terlalu sulit.
Di Pforta inilah Nietzsche mulai merasa kagum terhadap karya-karya klasik Yunani dan kejeniusan para pengarang Yunani. Bersama dengan kedua temannya, Wilhelm Pinder dan Gustav Krug, Nietzsche membentuk semacam kelompok sastra yang diberi nama Germania. Dalam kelompok ini mereka berlatih mendiskusikan karya-karya bermutu, baik berupa artikel-artikel maupun puisi-puisi. Dengan cara inilah Nietzsche mulai tertarik melatih mengungkapkan gagsan-gagasan dan emosinya melaui puisi.
Pada Oktober 1864 Nietzsche melanjutkan studi di Universitas Bonn untuk memperdalam filologi dan teologi. Di bidang filologi Nietzsche diajar oleh Friedrich Ritschl, yang pada tahun-tahun selanjutnya banyak membantu kemahiran Nietzsche dalam filologi. Tetapi pada 1865 Nietzsche sudah memutuskan untuk tidak belajar teologi lagi.
Di Bonn Nietzsche hanya bertahan selama dua semester. Pada pertengahan 1865 ia pindah ke Leipzig untuk belajar flologi selama empat semester. Di sana ia amat akrab dengan dosennya, F. Ritschl, dan diakui oleh dosennya sebagai mahasiswa yang paling berbakat di antara semua mahasiswa yang pernah diajarnya. Penilaian Ritschl ini antara lain berdasarkan tulisan Nietzsche yang pertama di bidang filologi, yaitu De Theognide Megarensis (silsilah para dewa megara). Karya ini ditulis Nietzsche, sejak masih berada di Pforta. Di universitasnya yang baru ini, Leipzig, ia juga memenangkan hadiah dibidang filologi yang disediakan universitas. Karangannya yang memenangkan hadiah itu adalah Diogenes Laertius.
Pada 1867-1868 terjadi perang antara Jerman melawan Perancis. Ketika itu Nietzsche didaftar sebagai anggota dinas militer. Meskipun amat tidak senang dengan tugas itu, akhirnya ia tetap melaksanakannya. Selama menjalani dinas militer Nietzsche mendapatkan banyak pengalaman yang tak terduga sebelumnya. Ia mengalami kecelakaan (jatuh dari kuda) dan terpaksa dirawat selama satu bulan di Naumburg. Ia juga menyaksikan peristiwa-peristiwa tragis sebagaimana terjadi pada setiap perang. Seluruh pengalaman ini menimbulkan kegoncangan dalam dirinya. Ia mulai bertanya pada dirinya: melanjutkan studi filologi atau studi yang lain. Kini ia merasa bahwa belajar filologi itu hambar dan mati. Ia ingin belajar sesuatu yang lebih menarik untuk hidup.
Pada 1869 Nietzsche mendapat panggilan dari Universitas Basel, Swiss, untuk menjadi dosen di sana. Ia sendiri merasa heran, karena dia belum bergelar doktor. Tetapi hal itu rupanya tidak menjadi masalah, karena Ritschl, bekas dosennya di Leipzig, memberikan rekomendasi pada Universitas Basel. Bahkan diluar dugaan Nietzsche, sebulan setelah ada panggilan itu ia mendapatkan gelar doktor dari Leipzig tanpa ujian dan formalitas apa pun.
Di Basel ia mengajar sepuluh tahun, 1869-1879, dan berhenti karena kesehatannya memburuk. Mata kuliah yang diajarkan terutama filologi dan bahasa Yunani. Di samping dalam bentuk ceramah, ia juga memberikan kuliah dalam bentuk seminar. Selain mengajar di universitas ia juga mengajar di SMA. Selama di Basel Nietzsche mendapatkan banyak kesempatan untuk bertemu dengan Wagner. Bahkan kadang-kadang ia sempat tinggal serumah dengannya untuk beberapa hari. Kesempatan itu sangat menguntungkan Nietzsche untuk mengenal Wagner secara lebih dekat dan hal ini sangat penting untuk mengembangkan pemikirannya.
Masa kariernya sebagai dosen di Basel juga diwarnai dengan kondisi kesehatannya yang semakin memburuk. Berkali-kali ia harus cuti dan istirahat demi kesembuhan dirinya. Misalnya saja, pada 1870 ia jatuh sakit karena serangan desentri dan difteri. Pada 1870 ia hanya sempat mengajar selama satu bulan, dan sisa waktu lainnya dipakai untuk pergi ke berbagai daerah dan kota untuk menyembuhkan dirinya yang semakin lemah. Sakit mata dan kepala mulai parah sejak 1875. Serangan paling parah dan lama dideritanya pada 1879, sehingga ia terpaksa berhenti bertugas sebagai dosen. Sejarah kesehatan Nietzsche ini perlu diketahui, karena banyak orang yang menganggap bahwa karangan-karangan Nietzsche tidak lebih daripada ungkapan atas pengalamannya menghadapi sakit.
Masa Tua Nietzsche Bergelut dengan 'Tragedi'
Sejak meninggalkan Basel, Juni 1879, hidup Nietzsche lebih banyak diwarnai dengan kesuraman dan kesepian. Ia lebih banyak menyendiri dan selalu menghindar dari hal-hal yang menyangkut tanggung jawab sosial. Untuk itu ia hidup berpindah-pindah di beberapa kota di Italia dan Swiss.
Dalam pengembaraannya, Nietzsche sering ditemani Elizabeth (saudaranya), Lou Salome dan Paul Ree. Ia juga pernah merencanakan akan menikahi Lou Salome, seorang novelis cantik dan “paling menyenangkan serta paling cerdas yang pernah dijumpai oleh Nietzsche”. Lou menerima lamaran Nietzsche, asal dia juga diperbolehkan menikahi Paul Ree!. Usul ini diajukan oleh Loe karena ia tahu bahwa di antara mereka sebetulnya terjadi cinta segitiga. Mendengar rencana ini Elizabeth menjadi berang. Ia lalu melaporkan rencana yang ‘immoral’ ini kepada ibunya. Kemarahan ibu dan saudarinya, ditambah kesehatannya yang semakin buruk mendorong Nietzsche untuk hidup sendirian sampai akhir hayatnya.
Sampai dengan 1889, saat menderita sakit jiwa, Nietzsche tak dapat menghentikan kegiatannya untuk selalu merenung dan menulis. Pada 1881 dia berhasil menerbitkan buku Die Morgenrote, Gedanken uber die moralischen Vorurteile (fajar, gagasan-gagasan tentang praanggapan moral). Dengan bukunya ini Nietzsche bermaksud mau “mengawali perang melawan moralitas”. Tahun berikutnya, 1882, ia menerbitkan salah satu bukunya yang indah dan paling penting, yaitu Die Frohliche Wissenschaft (La gaya scienza) (ilmu yang mengasyikan). Dalam buku inilah Nietzsche memproklamasikan bahwa “Tuhan sudah mati” (Gott ist tot).
Selama tahun 1883-1885 Nietzsche mempersiapkan karya besarnya, yaitu Also Sprach Zarathustra (Demikianlah sabda zarathustra). Buku yang seluruhnya ditulis secara puitis ini terbit pada akhir 1885. Melalui mulut Zarathustra, seorang guru yang hidup di Persia 2500 tahun yang lalu, Nietzsche mengajarkan gagasan-gagasan utamanya seperti kembalinya segala sesuatu (die ewige Wiederkehr des Gleichen) dan Ubermensch. Selama tahun-tahun ini Nietzsche memang menghadapi peristiwa-peristiwa yang menarik. Di samping ditandai dengan terbitnya Zarathustra, tahun-tahun ini juga ditandai dengan keterlibatannya dalam cinta segitiga (Nietzsche-Lou Salome-Paul Ree), perpisahan dengan Elilzabeth yang mengikuti suaminya ke paraguay dan kematian Ricard Wagner (22 Mei 1885). Pada tahun-tahun ini pulalah, tepatnya tahun 1884, Nietzsche merencanakan untuk menulis suatu opus magnum yang berpusat pada gagsan kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).
Pada 1886, buku Jenseit von Gut und Bose. Vorspiel einer Philosophie der Zukunft (diseberang baik dan jahat. Pengantar untuk filsafat masa depan) diterbitkan. Tahun berikutnya buku yang banyak berbicara tentang “kritik akan modernitas, ilmu pengetahuan modern, seni modern” ini disusul dengan buku yang berisi tentang polemik moral. Buku ini berjudul Zur Genealogie der moral. Eine Streitschrift (tentang asal-usul moral. Suatu polemik).
Pada 1888 Nietzsche menulis cukup banyak buku, akan tetapi hanya ada satu buku yang sempat diterbitkan. Buku yang diterbitkan ini berjudul Der Fall Wagner. Ein Musikan-ten-Problem (Kasus Wagner. Persoalan Musikus). Dalam buku ini ia menunjukkan bahwa karya-karya Wagner tidak lagi mencerminkan semangat kebudayaan Yunani. Wagner tidak lagi bersikap afirmatif pada hidup. Singkatnya, Wagner mengalami kemerosotan (dekadensi). Karya-karya Nietzsche yang belum diterbitkan pada tahun ini adalah Die Gotzen-Dammerung (Pudarnya para dewa), Der Antichrist (Antikristus), dan Ecce Homo (lihatlah manusia). Buku pertama dari ketiga buku ini terbit pada tahun 1889, Der Antichrist pada 1895 dan Ecce Homo pada 1908.
Tahun 1889 adalah tahun yang paling menyedihkan Nietzsche. Ia ditimpa sakit jiwa. Oleh Franz Overback, sahabat karibnya, ia dibawa ke klinik Universitas Basel. Seminggu kemudian ia dipindahkan ke klinik universitas Jena. Hampir semua usaha penyembuhan sia-sia saja. Nietzsche tak pernah dapat sembu sama sekali. Sejak 1890 ia dipindahkan oleh ibunya ke Naumburg dan dirawat sendiri di sana. Tiga tahun kemudian, Elizabeth datang dari Paraguay, karena suaminya, Forster, bunuh diri pada 1889. Bersama ibunya, Elizabeth merawat Nietzsche yang semakin lemah. Keluarga ini semakin malang, ketika pada 1897 (20 April) sang ibu meninggal. Pada tahun itu juga Elizabeth memindahkan Nietzsche ke Weimar. Dan di sana Nietzsche meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900.
Filsafat Nietzsche dan Karya-Karya
Filsafat Nietzsche adalah filsafat cara memandang 'kebenaran' atau dikenal dengan istilah filsafat perspektivisme. Nietzsche juga dikenal sebagai "sang pembunuh Tuhan" (dalam Also sprach Zarathustra). Ia memprovokasi dan mengkritik kebudayaan Barat di zamannya (dengan peninjauan ulang semua nilai dan tradisi atau Umwertung aller Werten) yang sebagian besar dipengaruhi oleh pemikiran Plato dan tradisi kekristenan (keduanya mengacu kepada paradigma kehidupan setelah kematian, sehingga menurutnya anti dan pesimis terhadap kehidupan). Walaupun demikian dengan kematian Tuhan berikut paradigma kehidupan setelah kematian tersebut, filosofi Nietzsche tidak menjadi sebuah filosofi nihilisme. Justru sebaliknya yaitu sebuah filosofi untuk menaklukan nihilisme1 (Überwindung der Nihilismus) dengan mencintai utuh kehidupan (Lebensbejahung), dan memposisikan manusia sebagai manusia purna Übermensch dengan kehendak untuk berkuasa (der Wille zur Macht).
Selain itu Nietzsche dikenal sebagai filsuf seniman (Künstlerphilosoph) dan banyak mengilhami pelukis modern Eropa di awal abad ke-20, seperti Franz Marc, Francis Bacon,dan Giorgio de Chirico, juga para penulis seperti Robert Musil, dan Thomas Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk mentransformasikan tragedi hidup.
Selain itu Nietzsche dikenal sebagai filsuf seniman (Künstlerphilosoph) dan banyak mengilhami pelukis modern Eropa di awal abad ke-20, seperti Franz Marc, Francis Bacon,dan Giorgio de Chirico, juga para penulis seperti Robert Musil, dan Thomas Mann. Menurut Nietzsche kegiatan seni adalah kegiatan metafisik yang memiliki kemampuan untuk mentransformasikan tragedi hidup.
- 1872: Die Geburt der Tragödie (Kelahiran tragedi)
- 1873—1876: Unzeitgemässe Betrachtungen (Pandangan non-kontemporer)
- 1878—1880: Menschliches, Allzumenschliches (Manusiawi, terlalu manusiawi)
- 1881: Morgenröthe (Merahnya pagi)
- 1882: Die fröhliche Wissenschaft (Ilmu yang gembira)
- 1883—1885: Also sprach Zarathustra (Maka berbicaralah Zarathustra)
- 1886: Jenseits von Gut und Böse (Melampaui kebajikan dan kejahatan)
- 1887: Zur Genealogie der Moral (Mengenai silsilah moral)
- 1888: Der Fall Wagner (Hal perihal Wagner)
- 1889: Götzen-Dämmerung (Menutupi berhala)
- 1889: Der Antichrist (Sang Antikristus)
- 1889: Ecce Homo (Lihat sang Manusia)
- 1889: Dionysos-Dithyramben
- 1889: Nietzsche contra Wagner
Diharapkan dengan biografi ini kita bisa sama-sama mengenal siapa itu Nietzsche, bagaimana kehidupan Nietzsche, dan bisa mengambil sisi positif dari tokoh yang satu ini. Jika ada kritik atau saran, silahkan layangkan di kolom komentar, dengan senang hati saya menerima semua pendapat para pembaca.
Sumber :


Komentar
Posting Komentar