Pada Akhirnya..



Sekian lama blog ini tidak diisi lagi oleh postingan. Saya telah melakukan banyak hal, dari mengaduk warna hingga mengatur susunan aksara. Mulai mempelajari sejarah hingga membaca cerita-cerita Yunani. Hingga bulan ke bulan segala aktivitas itu menyita saya dengan berbagai macam gemerlapnya.

Banyak hal yang saya pelajari selama beberapa bulan terakhir. Sebagian besar diantaranya membuat kehidupan saya jauh lebih baik dan lebih berharga. Tentu, saya merasa sangat berbahagia bisa membaca banyak sekali kisah, informasi dan cerita di usia muda.

Saya mempelajari seni digital dan ilustrasi, dari aliran jepang kuno yang kental dengan ornamen serta elemen laut dan awan sampai aliran nouveau yang penuh dengan bunga dan alam. Hal ini terus memacu saya untuk mempelajari hal baru setiap hari.

Hingga akhirnya saya berpikiran, di era digital ini, kerja keras akan secepatnya tergantikan oleh mesin-mesin produksi. Tinggal kerja cerdas dan kreatif yang tampaknya masih akan terus bertahan. Disini saya memahami pentingnya berwawasan, mengasah kemampuan seiring perkembangan zaman dan menjadi open-minded menghadapi globalisasi.

Banyak sekali orang yang masih bertahan dengan hal-hal fundamental, memegang teguh prinsip-prinsip primordial yang tak lagi selaras dengan kemajuan zaman. Tentu saja tidak ada salahnya, apabila mereka memang tidak berharap di jalan materialis alias tidak mengharapkan harta dan kekayaan.

Sekarang yang jadi masalah, mereka mempertahankan prinsip usang untuk menghadapi perkembangan zaman, menjadi idealis instan, menjadi martir bagi kehidupannya. Alih-alih berbahagia dengan keputusannya, mereka mencak-mencak marah pada akhirnya karena urusan duniawinya terhambat. Lha, piye?

Suatu hal mengkhawatirkan lagi, banyak sekali anak-anak putus sekolah dan memilih untuk bekerja. Tentu saja, apabila keputusan itu didasarkan karena hambatan dana, pasti bisa dimaklumi. Tapi, apabila yang menjadi batu besar penghalangnya adalah rasa malas dan rasa sudah cukup umur untuk bekerja, tentu tidak bisa begitu saja saya aminkan.

Kematangan fisik perlu diimbangi dengan kematangan mental. Keterampilan kerja dan kelihaian membangun relasi barangkali bisa ditemukan dalam pekerjaan, tetapi yang lebih penting bagaimana wawasan kita bisa tumbuh dalam balutan informasi.

Saya telah menyaksikan potret-potret semua itu. Putus sekolah karena malas, berakhir dalam kehidupan sebagai pekerja kasar atau buruh. Bukannya pekerjaan sebagai buruh itu buruk, tetapi karena tentu saja, pendapatan yang dihasilkan tidak akan sebesar mereka yang bekerja dengan posisi lebih tinggi. Hal ini juga berpengaruh pada kesempatan mereka membangun keluarga dan menghidupi diri serta keluarganya.

Semua orang ingin sejahtera, tapi memperjuangkannya dengan setengah hati bukanlah suatu alasan yang bisa diterima dengan akal sehat. Karena terkadang, kehidupan ini peru dijalani bukan hanya dengan otot.

**

Sebelum menginjak usia 20, saya hanya berharap untuk bisa terus menggali informasi dan mengasah kemampuan. Tidak ada yang saya sesali sampai detik ini, apa pun informasi yang pernah saya terima di masa lampau.

Mempelajari yoga, belajar mengarang yang baik dan benar, hingga mempelajari sejarah Islam, Kristen dan Hindu. Dari membaca sejarah perang dunia, berbagai ideologi hingga membaca cerita-cerita dan kisah jenaka. Wawasan itu tidak tergantikan, karena dengannya, segala macam yang kita sampaikan sedikitnya memiliki pondasi serta memiliki kerangka dan data yang bisa dipertanggung jawabkan.

Banyak yang hobi sekali bicara, tanpa landasan dasar yang logis dan bisa dicerna akal sehat. Kita tidak hidup di era dimana mahluk-mahluk mitologi bersliweran di jalanan, tapi realitas selalu bisa dicerna dengan logika.

Ilmuwan luar negeri tentu tertawa bergelak melihat di negeri ini, gempa bumi tidak dihasilkan oleh pergerakan lempeng, tetapi oleh maraknya prostitusi. Di negeri ini pula, gaung politik berbanding lurus dengan keimanan seseorang.

Sahabatku, demi menggapai masa depan yang cerah, marilah buka pikiran kita sebaik-baiknya. Ah, tapi itu hanya berlaku apabila sahabat memang menginginkan kesejahteraan. Apabila tak apa sahabat menderita dan sengsara tapi kaya dengan ketabahan, saya juga tak berhak melarang.

Ah, tampaknya setelah ini juga saya akan vakum selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan. Tapi tentu masih bisa ditemukan di belantara internet bersama tulisan maupun gambar.

Semoga semesta terus mendampingi, sebagaimana kita berlaku baik di jagad raya.

Teruslah berkarya. Teruslah membaca.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis dan Pembahasan Puisi Sajak Matahari karya W.S Rendra

Macam-Macam, Jenis dan Contoh Cara Penggambaran Tokoh dalam Cerita

Jagat Alit - Godi Suwarna