Di Mana Kamu? - Joyce Carol Oates

Ilustrasi/ The New Yorker



Suami itu punya kebiasaan memanggil istrinya dari suatu tempat di rumah — kalau si istri ada di lantai atas, si suami ada di lantai bawah; jika si istri ada di lantai bawah, si suami ada di lantai atas — dan ketika si istri menjawab, “Ya? Apa?,” si suami akan terus memanggilnya, seolah-olah si suami tidak mendengar dan dengan nada kesabaran yang tegang: “Halo? Halo? Di mana kamu?” Maka si istri tidak punya pilihan selain buru-buru mendekat kepadanya, di mana pun si suami berada, di tempat lain di rumah, di lantai bawah, di lantai atas, di ruang bawah tanah atau di teras luar, di halaman belakang atau di jalan masuk. “Ya?” panggil si istri, berusaha tetap tenang. “Ada apa?” Dan si suami akan memberitahu si istri — keluhan, komentar, pengamatan, pengingat, pertanyaan — dan kemudian, tak begitu lama, si istri akan mendengar si suami memanggil lagi dengan urgensi lainnya, “Halo? Halo? Di mana kamu?,” dan si istri akan memanggil balik, “Ya? Ada apa?,” mencoba untuk menentukan di mana si suami berada. Si suami akan terus memanggil, tidak mendengar si istri, karena si suami tidak suka memakai alat bantu dengar di sekitar rumah, di mana hanya ada si istri yang didengar. Si suami mengeluh bahwa perangkat plastik mungil berbentuk siput itu menyakiti telinganya, telinga bagian dalam yang lembut memerah dan bahkan berdarah, dan si suami akan memanggil, dengan kekanak-kanakan, “Halo? Di mana kamu?”—karena wanita itu selalu pergi ke suatu tempat di luar jangkauan pendengaran si suami, dan ia tidak pernah tahu di mana si istri berada atau apa yang dilakukannya; kadang-kadang, si istri sangat jengkel pada si suami — sampai akhirnya si istri menyerah dan kehabisan nafas untuk mencarinya, dan ketika si suami melihat si istri, dia berkata dengan mencela, “Di mana kamu? Aku khawatir padamu ketika kamu tak menjawab.” Dan si istri berkata, tertawa, mencoba tertawa, meskipun tidak ada yang lucu, “Tapi aku selalu di sini!” Dan si suami menimpali, “Tidak, kau tidak ada. Kau tidak ada. Aku ada di sini, dan kau tidak ada di sini.” Dan kemudian pada hari itu, setelah makan siang dan sebelum tidur siangnya, kecuali sebelum makan siang dan setelah tidur siang, si istri mendengar suaminya memanggilnya, “Halo? Halo? Di mana kamu?,” dan pikiran itu datang kepadanya, Tidak. Aku akan bersembunyi darinya. Tapi si istri tidak akan melakukan hal yang kekanak-kanakan seperti itu. Sebaliknya dia berdiri di tangga dan menangkupkan tangan ke mulutnya dan memanggilnya, “Aku di sini. Aku selalu di sini. Di mana lagi aku akan berada?” Tetapi suaminya tidak dapat mendengarnya dan terus memanggil, “Halo? Halo? Di mana kamu?,” sampai akhirnya si istri berteriak, “Apa yang kamu inginkan? Aku sudah beritahu kamu, aku ada di sini.” Tetapi suaminya tidak dapat mendengar dan terus memanggil, “Halo? Di mana kamu? Halo!,” dan akhirnya si istri tidak punya pilihan selain menyerah, karena sang suami terdengar kesal dan marah dan cemas. Turun tangga, si istri tersandung dan jatuh, jatuh keras, dan lehernya patah dalam sekejap, dan dia meninggal di kaki tangga, sementara di salah satu kamar di lantai bawah, atau mungkin di ruang bawah tanah, atau di teras di bagian belakang rumah, si suami terus memanggil, dengan suatu desakan, “Halo? Halo? Di mana kamu?”
*
Diterjemahkan dari cerpen Where Are You? karangan Joyce Carol Oates yang terbit di The New Yorker oleh Arip Abdurahman. Joyce Carol Oates adalah seorang penulis Amerika. Oates menerbitkan buku pertamanya pada tahun 1962 dan sejak itu menerbitkan lebih dari 40 novel, serta sejumlah drama dan novel, dan banyak volume cerita pendek, puisi, dan nonfiksi.
Banyak terima kasih untuk Arip Abdurahman yang telah menerjemahkan fiksimini ini ke dalam bahasa Indonesia dan memperkaya bacaan kita semua- apalagi mengingat keterbatasan ragam karya sastra dalam bahasa Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis dan Pembahasan Puisi Sajak Matahari karya W.S Rendra

Macam-Macam, Jenis dan Contoh Cara Penggambaran Tokoh dalam Cerita

Jagat Alit - Godi Suwarna