Ngebul #9 : Kismis dan Krim

 


Urusan MTL, sebetulnya saya cenderung lebih pilih-pilih. Ibarat perokok yang sudah punya rokok favorit, saya merasa dalam dunia vaping—terutama MTL—berpegang pada satu brand yang dipakai selama bertahun-tahun juga konsepnya mirip-mirip. Selama bertahun-tahun, kalau beli liquid saya pasti tidak jauh-jauh dari Manhattan Red Series. Entah yang 12 atau 18mg, liquid-liquid Manhattan itu seakan sudah mengakar kuat di hati (atau tenggorokan) saya.

Kali ini, saya kebetulan punya rezeki lebih untuk menjajal beberapa liquid yang berbeda. Di antara beberapa liquid yang terpampang di toko online, saya memutuskan untuk mencari rasa yang familiar. Beberapa liquid yang dibeli memang liquid yang saya kenal lama, Gorilla Jam dan Blunanarilla dari IJC misalnya, tapi sebagian lagi yang saya beli merupakan liquid yang belum pernah saya coba. Mungkin dalam beberapa waktu ke depan blog ini akan dipenuhi ulasan liquid.

Ketika memilih liquid baru, biasanya saya mencari sesuatu yang punya rasa familiar. Misal liquid rasa pisang, blueberry, rum, kopi, atau rasa-rasa lain yang sudah terbukti ‘enak dan cocok’ di tenggorokan. Pertimbangan lain selain rasa adalah kemasan. Sebagai orang visual, saya percaya bahwa salah satu bukti keseriusan produsen dalam membuat produk adalah mempercayakan desain kemasan pada orang yang tepat.

Di antara beberapa liquid yang dibeli itu, saya memilih Bad Fellas : Raisin Cream Cheese. Kebetulan, dua indikator yang saya sebut sebelumnya nampak di liquid ini. Pertama, saya menyukai rasa raisin alias kismis dalam liquid. Dulu, saya paling suka Cream Raisin karya Public Distribution dan bahkan Manhattan French juga punya rasa raisin yang kuat. Terakhir, Sixty Layers juga jadi favorit saya karena rasa kismisnya yang bold.

Kedua, secara desain, kemasan liquid ini punya branding yang tegas dan berbeda. Ia nampak dikhususkan untuk segmen anak muda, dengan ilustrasi dan warna ‘rebellion’, seolah ingin menunjukkan di sisi mana mereka berada. Ketika saya coba cek produsennya, Bad Fellas ini tampaknya merupakan kolaborasi antara Vapersnessi dengan Inverse Club. Inverse Club ini adalah dalang di balik Creamsie Whimsie yang secara branding menurut saya sangat menonjol dan sukses di belantika liquid Indonesia.

Melihat latar belakang liquidnya, saya jadi percaya bahwa liquid ini agaknya tidak dibuat asal-asalan dan mungkin bisa jadi favorit saya. Meskipun liquid ini adalah versi pods friendly alias ‘portingan’ dari liquid DTL—yang biasanya lebih banyak gagalnya—tapi saya coba berbaik sangka. Saya belum pernah mencoba liquid versi DTLnya, jadi di ulasan ini saya tidak bisa membandingkan apakah versi pods friendly ini lebih baik dari versi original atau tidak.


Tak kenal maka tak sayang, dan agar kita lebih mengenal sebuah produk, maka desain kemasan harus diutamakan. Untuk Bad Fellas ini, kemasannya saya nilai 10/10, alias sempurna. Untuk segmentasi anak muda, saya rasa kemasannya sangat eye catching dan langsung menarik perhatian.

Liquid datang dengan kemasan kotak didominasi warna hitam-oranye gelap dan desain ala-ala ‘wild west’ dan dicampur dengan street style. Di bagian ini memberi kesan ‘jalanan’ yang khas. Kesannya maskulin, tegas, dan ‘rebel’. Di sisi kanan-kiri depan-belakang juga dibuat dengan penuh perhatian, bagian samping lain misalnya, menampilkan empat karakter kartun dengan gaya ‘mafia’.

Branding liquid ini sangat kuat dan tegas, termasuk dalam penyampaian informasi kadar nikotin yang menurut saya lumayan apik. Kombinasi warna hitam dan putih benar-benar tampak elegan sekaligus bold. Liquid ini punya kadar nikotin 15mg dengan ukuran 30ml. Di bawah tulisan kadar nikotin itu ada penyampaian soal rasa yang dimiliki juga : raisin, cream, cheese.

Di bagian belakang, ada informasi soal semacam hadiah. Jadi, di dalam kemasan Bad Fellas disisipkan satu stiker dan jika pengguna mengumpulkan empat stiker dengan kriteria tertentu, bisa langsung menukarkannya dengan baju, hoodie, atau barang-barang lain. Gimmick marketing yang bagus dan seingat saya juga dilakukan oleh Creamsie Whismie.

Masuk ke desain botol, ini menurut saya juga juara. Botolnya didesain serupa kemasan luar, tapi dengan grafis yang berbeda, Botol menampilkan sosok seorang mafia (?) dengan setelan jas rapi dengan tulisan Bad Fellas. Botolnya berwarna hitam, dengan label oranye-hitam yang senada.

Lumayan panjang juga membahas desainnya, karena memang bagus dan menurut saya betul-betul dipikirkan dengan matang.

Saatnya masuk ke bagian inti, soal rasa.

Pertemuan pertama saya dengan liquid rasa kismis mungkin sekitar tujuh atau enam tahun yang lalu. Waktu itu, Public Distribution mengeluarkan Cream Raisin (yang selanjutnya disebut Cream Raisin V1 karena banyak varian baru) dan langsung saya coba dengan RDA seadanya. Setelah mengenal Cream Raisin, saya jadi semakin tertarik dengan kismis. Usai era itu, saya menjelajah berbagai liquid dengan rasa atau sub-rasa kismis. Manhattan French favorit saya misalnya, liquid itu mengusung rasa Rum Raisin Vanilla.

Bagi saya, kismis punya rasa unik yang lebih dekat dengan definisi ‘wangi’ atau ‘aromatik’. Setidaknya untuk mulut saya demikian. Sensasi kismis ketika dirasakan itu gabungan antara manis, segar, wangi, dan creamy. Sulit memang untuk mendefinisikannya.

Nah, karena pengalaman panjang dengan liquid-liquid kismis itu, saya memutuskan untuk mencoba liquid ini. Tidak ada salahnya untuk mencoba sensasi rasa baru, dan mungkin akan menemukan tambatan hati yang baru.

Seperti yang sudah dijelaskan di awal, liquid ini punya kadar nikotin 15mg dan pods friendly alias freebase high nic. Di kemasannya, tertulis ‘HTPC – High Throathit Pod Compatble’ yang kurang lebih punya artian yang sama atau mirip. Dengan botol berukuran 30ml, saya rasa akan habis dalam waktu kurang lebih seminggu.

RTA Gate saya yang nganggur berminggu-minggu akhirnya punya ‘makanan baru’ dan tentu saja ini hal paling menyenangkan dari memiliki liquid MTL : membuat settingan terbaik untuk daily vaping.

Untuk kali ini saya menggunakan Phoenix Wire ukuran 28ga, menghasilkan resistensi sebesar 0.99 Ohm, dan seperti biasa dijalankan di 3.6-3.8 volt. Resistensinya lumayan tinggi bahkan untuk saya pribadi, karena biasanya saya banyak bermain di rentang 0.6-0.8 ohm tapi kali ini rasanya lebih cocok jika dibuat 0.99 atau 1 ohm.

Dengan settingan round wire semacam itu di Gate RTA, saya bisa bilang liquid ini menghadirkan sensasi rasa kismis yang saya kenal. Tapi, entah kenapa liquidnya terasa tidak manis. Entah karena pemilihan cotton atau resistensi yang terlalu tinggi atau faktor-faktor lain, liquid ini rasanya tidak manis. Biasanya, Gate RTA saya ini bisa meningkatkan rasa manis bahkan untuk liquid-liquid yang ‘dari sananya memang tidak manis’.

Jika mau diibaratkan, untuk saya liquid ini terasa seperti Cream Raisin v3 Pods Friendly. Ada semacam rasa yang sama meskipun Bad Fellas menawarkan rasa krim dan keju. Mungkin karena dominasi rasa kismisnya yang berpadu dengan elemen-elemen creamy menghasilkan output rasa yang lumayan mirip.

Bad Fellas mengatakan liquid ini memiliki rasa kismis, keju, dan krim. Tapi untuk lidah saya, yang terasa justru hanya kismis dan krim saja. Mungkin rasa kejunya jadi muted karena dominasi krim dan kismis—tapi yang bisa saya rasakan semacam  rasa wafer dengan kismis.

Rasa yang paling mendekati liquid ini adalah wafer dengan isian krim kismis. Nah, itu dia. Untuk kejunya, saya tidak bisa merasakan sama sekali. Mungkin tidak dominan dan tidak sengaja ‘termatikan’. Jadi klaim soal keju itu tidak bisa saya rasakan—setidaknya di settingan ini. Tapi, mau bagaimanapun ini termasuk liquid yang lumayan.

Saya benar-benar menyukai sensasi rasa kismis yang meledak di mulut kemudian bercampur dengan krim saat exhale. Rasanya sedikit-banyak mengingatkan saya dengan Cream Raisin-nya Public Distribution. Permasalahan untuk saya adalah liquid ini kurang ‘bulat’ secara rasa, ia kurang menawarkan sensasi bold yang biasa kita rasakan saat mencoba liquid-liquid yang memang diperuntukkan bagi pengguna MTL.

Untuk saya, rasa liquid ini cenderung seperti liquid-liquid ‘portingan’ DTL ke pods friendly lainnya, alias tidak adanya improvement dalam rasa, seperti tidak dilakukan penyesuaian dan koreksi lagi. Cukup sering saya menemukan liquid semacam ini, jadi rasanya memang secara ‘default’ mengikuti racikan liquid originalnya (alias liquid freebase low-nic untuk DTL) kemudian ditambahkan nikotin saja yang banyak. Saya tidak bilang ini buruk, karena toh produsen mungkin ingin mempertahankan orisinalitas rasa, tapi mbok ya lebih diperhatikan lagi.

Alih-alih terasa seperti ‘liquid sungguhan’ untuk MTL, liquid ini jatuh pada tempat yang tidak seharusnya. Pada akhirnya hanya seolah-olah jadi spin off yang tidak perlu. Saya selalu merasakan hal yang sama setiap kali mencoba liquid-liquid ‘portingan’ semacam ini, ada semacam rasa hambar yang aneh di tengah-tengah rasa yang disajikan. Seolah-olah liquid ini tidak ditakdirkan untuk menjadi liquid MTL.

Dalam film, ini mirip seperti adegan Evan diramal oleh Madam Tarot di film The Butterfly Effect (2004) : “You have no lifeline…”

Tapi apakah ini serta merta membuat Bad Fellas menjadi liquid yang tidak layak dicoba? Tidak juga.

Saya masih menikmati rasa kismis dan krimnya yang lembut, hanya saja kembali pada persoalan utama kita : liquidnya tidak punya ‘ketebalan rasa’. Dalam bahasa Sunda, ada yang lebih bisa menggambarkan liquid ini : cawérang. Pada akhirnya seperti setengah jadi, dan diniatkan hanya untuk diversifikasi produk saja, tidak lebih. Semoga di masa mendatang, sekalipun itu liquid ‘portingan’, bisa dibuat dengan sepenuh hati dan lebih baik lagi. Bukan hanya dianggap sebagai ‘versi high nic’ dari liquid yang sudah ada.

Di antara semua liquid ‘portingan’ ini, yang menurut saya berhasil salah satunya (jika bukan satu-satunya) adalah Bananalicious ketika mereka mengeluarkan varian high nic. Kita bisa merasakan rasa original liquidnya, kita bisa merasakan nikotin tinggi, tapi kita juga bisa mendapatkan ketebalan rasa yang sama, bukan hanya ‘liquid DTL yang nikotinnya ditambah’.

Sekali lagi ini bukan liquid yang buruk, hanya saja masih perlu peningkatan di sana-sini.

 

 

Ciamis, 11 September 2025.

Komentar

Postingan Populer