Contoh Sinopsis Novel Angkatan 20an dan 30an

angkatan balai pustaka
Slideshare


Venusastra- Berikut ini merupakan contoh sinopsis dari novel-novel angkatan 20an dan 30an yaitu  Abdul Muis, Marah Rusli, dan Hamka. 

1. Abdul Muis:

    a. SALAH ASUHAN

    Tahun : 1928
Hanafi, laki-laki muda asli minangkabau, berpendidikan tinggi dan berpandangan kebarat-baratan. Bahkan ia cenderung memandang rendah bangsanya sendiri. Dari kecil hanafi berteman dengan Corrie du Busse, gadis indo-Belanda yang amat cantik parasnya. Karena selalu bersama-sama merekapun saling mencintai. Tapi cinta mereka tidak dapat disatukan karena perbedaan bangsa. Jika orang Bumiputera menikah dengan keturunan Belanda maka mereka akan dijauhi oleh para sahabatnya dan orang lain. Untuk itu Corrie pun meninggalkan minangkabau dan pergi ke Betawi. Perpindahan itu sengaja ia lakukan untuk menghindar dari hanafi dan sekaligus untuk meneruskan sekolahnya. Akhirnya ibu hanafi ingin menikahkan hanafi dengan Rapiah. Rapiah adalah sepupu hanafi, gadis minangkabau sederhana yang berperangai halus, taat pada tradisi dan adatnya. Ibu hanafi ingin menikahkan hanafi dengan Rapiah yaitu untuk membalas budi pada ayah Rapiah yang telah membantu membiayai sekolah hanafi. Awalnya hanafi tidak mau karena cintanya hanya untuk Corrie saja. Tapi dengan bujukan ibunya walaupun terpaksa ia menikah juga dengan Rapiah. Karena hanafi tidak mencintai Rapiah, di rumah Rapiah hanya diperlakukan seperti babu, mungkin hanafi menganggap bahwa Rapiah itu seperti tidak ada apabila banyak temannya orang Belanda yang datang kerumahnya. Hanafi dan Rapiah dikaruniai seorang anak laki-laki, yaitu Syafe’i. Suatu hari hanafi digigit anjing gila, maka ia harus berobat ke Betawi agar sembuh. Di Betawi hanafi dipertemukan kembali dengan Corrie. Disana, hanafi menikah dengan Corrie dan mengirim surat pada ibunya bahwa dia menceraikan Rapiah. Ibu hanafi dan Rapiah pun sangat sedih tetapi walaupun hanafi seperti itu, Rapiah tetap sabar dan tetap tinggal dengan ibu hanafi. Perkawinwnnya dengan Corrie ternyata tidak bahagia, samapai-sampai Corrie dituduh suka melayani laki-laki lain oleh hanafi. Akhirnya Corrie pun sakit hati dan pergi dari rumah menuju Semarang. Corrie sakit kholera dan meninggal dunia, hanafi sangat menyesal telah menyakiti hati Corrie dan sangat sedih atas kematian Corrie, hanafi pun pulang kembali kekampung halamannya dan menemui ibunya. Disana hanafi hanya diam saja. Seakan-akan hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Hanafi sakit, kata dokter ia minum sublimat (racun) untuk mengakhiri hidupnya, dan akhirnya dia meninggal dunia.

b. ROBERT ANAK SURAPATI

    Angkatan : 20- an
Robert adalah seorang anak yang terlahir dari hasil percintaan secara diam-diam seorang ibu keturunan Belanda dengan seorang ayah keturunan Jawa. Ibu Robert meninggal di atas kapal Dolfijn dalam perjalanan pulang ke negeri Belanda, kemudian Robert di asuh dan dijadikan anak angkat Tuan van Reijn seorang saudagar kaya keturunan Belanda.Robert mengetahui bahwa dirinya bukanlah anak kandung dari Tuan van Reijn dari surat ayah angkatnya yang ditulis sebelum meninggal dunia. Robert pun akhirnya meninggalkan rumah berpetualang dan akhirnya menjadi serdadu yang siap menjajah.Dalam surat yang dititipkan ibunya kepada tuan van Reijn dinyatakan bahwa ayah Robert adalah keturunan Jawa. Dalam petualangannya Robert menjadi serdadu Belanda yang ditugaskan menjadi mata-mata Belanda untuk sebuah penyerangan ke daerah Pasuruan untuk mengetahui kekuatan Surapati. Dalam tugas itu Robert ditangkap dan dipenjarakan. Melalui bekal yang diberi ibunya Robert diketahui Surapati ternyata Robert adalah anak kandungnya.Selama dalam tahanan Robert dilayani dengan ramah dan ditempatkan di ruang yang mewah tidak seperti tahanan yang lain. Surapati mengambil beberapa upaya untuk meyakinkan Robert bahwa dirinya adalah anak kandungnya, namun Robert sangat tidak menerima hal ini.Surapati akhirnya mati setelah penyerangan Belanda, kemudian Robert pun dilepaskan dan diantarkan ke perbatasan oleh saudaranya atas wasiat ayahnya Surapati. Robert yang merasa belum mendapat kehormatan, ia ingin ikut berperang. Digna sangat berat melepas Robert, ia tak mau kehilangan orang yang ia sayang. Setelah lama, Digna mendengar kabar bahwa Robert gugur dalam medan perang, ia terkenal karena perjuangannya. Dan akhirnya Robert pun gugur sebagai pahlawan.
Buku ini sangat populer hingga saat ini karena memiliki kekhasan dari gaya penceritaannya. Di dalamnya banyak sekali terdapat amanat amanat yang dapat kita petik. Konflik yang diceritakan sederhana namun dapat di kemas dalam bentuk cerita yang sangat menarik sehingga pembaca tidak akan bosan untuk membacanya berulang kali


c. Judul : PERTEMUAN JODOH



     Angkatan : 20-an ( balai pustaka )
Ratna, berkenalan dengan pemuda bernama Suparta di kereta, dalam perjalanan dari Jakarta ke Bandung. Perkenalan Ratna dan Suparta cukup berkesan bagi sepasang anak muda itu. Selanjutnya mereka sepakat untuk melanjutkan hubungan lewat surat.Beberapa bulan kemudian, Suparta mengutarakan keinginannya untuk memperistri Ratna. Kemudian Ratna membalasnya dan menyambut baik niat Suparta.Sambutan Ibu Suparta ternyata tidak begitu ramah. Ratna kecewa terhadap sikap Nyai Raden Tedja Ningrum yang memandangnya dengan sinis, Setelah kejadian itu, Ratna bertekad untuk melupakan Suparta. Berita pertunangan Suparta dengan Nyai Raden Siti Halimah tidak membuatnya putus asa. Namun kemalangan lain terpaksa harus ia terima. Usaha pembakaran kapur milik ayahnya, Tuan Atmaja, bangkrut. Akibatnya Ratna memutuskan untuk keluar dari sekolahnya karena tidak ada biaya.Ia pun kemudian berusaha mencari pekerjaan. Namun baru empat bulan ia bekerja, toko itu harus ditutup atas perintah pengadilan. Akhirnya ia menjadi pembantu Tuan dan Nyonya Kornel.Selama Ratna menjadi pembantu keluarga Kornel, berbagai cobaan harus diterimanya dengan tabah. Kehadirannya dalam keluarga itu tidak luput dari rasa iri Jene, pembantu yang juga bekerja pada keluarga Kornel. Suatu ketika Ratna sakit dan dirawat di Rumah sakit, Secara kebetulan dokter yang merawat Ratna adalah Suparta. Pertemuan itu tentu saja membesarkan hati keduanya. Keyakinan Suparta bahwa Ratna tidak bersalah, ikut mempercepat kesembuhan wanita muda itu. Untuk memulihkan nama baik Ratna, Suparta menyiapkan seorang pengacara terkenal untuk mendampingi gadis pujaannya di pengadilan, karena Ratna masih harus berurusan dengan penegak hukum.Di pengadilan, terbukti bahwa Ratna tidak bersalah. Pencuri perhiasan Nyonya Kornel ternyata adalah Amat, kekasih Jene. Pembantu keluarga Kornel yang bernama Jene itu diduga diperalat oleh kekasihnya. Pengadilan juga memutuskan bahwa Amat bersalah dan diganjar 5 tahun penjara. Sementara itu, Jene tidak dikenakan hukuman walaupun sebenarnya harus dituntut.Sidang pengadilan juga telah mempertemukan Ratna dengan Sudarma, adiknya, schatter pegadaian Purwakarta yang bertindak sebagai saksi pertama. Lalu atas kesepakatan Suparta dan Sudarma, Ratna disuruh beristirahat di sebuah paviliun “Bidara Cina”. Gadis itu tidak diizinkan bertemu dengan sembarang orang, kecuali Suparta yang setiap sore datang memeriksa kesehatannya. Lambat laun, kesehatan Ratna mulai pulih. Ia juga mulai dapat mengingat-ingat segala sesuatunya termasuk hubungannya dengan SupartaBegitu Ratna meninggalkan tempat peristirahatannya, Suparta langsung melamarnya. Tuan Atmadja sekeluarga berkumpul di rumah Sudarma menyelenggarakan pesta perkawinan anaknya dengan Dokter Suparta. Kebahagiaan pengantin baru itu bertambah lagi ketika mereka pulang ke Tagogapu. Rumah ayah Ratna kini lebih besar dibandingkan sebelumnya. Keadaan Tuan Atmaja sekarang sudah lebih baik berkat bantuan kedua anaknya.

2. Marah Rusli



a. SITI NURBAYA

   Penerbit : 20- an (Balai Pustaka)   Tahun :1920
Novel ini boleh jadi merupakan salah satu karya terbesar anak bangsa bahkan sampai saat ini. Harus diakui bahwa Marah Rusli telah menyusupkan karyanya bahkan ke dalam sistem budaya bangsa Indonesia. Anda tentu mengerti jika orang-orang berkata “Jangan seperti Sitti Nurbaya” atau “Aku bukan Sitti Nurbaya”. Tokoh Sitti Nurbaya juga kisahnya memang melekat erat dalam benak masyarakat Indonesia. Ia seolah menjadi simbol abadi kasih yang terpaksa, kasih yang tak sampai, kasih yang penuh pertentangan keluarga. Pernah membaca novel apik ini?Patut disayangkan jika Anda belum pernah melahap abjad demi abjad dalam buku ini. Kisahnya klasik memang, tentang cinta remaja tokoh Sitti Nurbaya dengan seorang pemuda minang bernama Samsulbahri. Sitti Nurbaya sendiri merupakan anak dari seorang bangsawan Baginda Sulaiman sementara itu Samsulbahri adalah anak pembesar bernama Sutan Mahmud Syah. Mereka saling mencintai diam-diam. Pengakuan baru muncul saat Samsulbahri hendak pergi ke Batavia untuk menuntut ilmu. Mereka menghabiskan waktu lama berdua di perbukitan dan saat hendak berpisah Samsulbahri mencium Sitti Nurbaya di depan rumahnya. Hal ini tertangkap oleh ayah Sitti Nurbaya yang seketika berang. Demikian pula dengan masyarakat sekitar. Samsulbahri kemudian dikejar dan keluar dari Padang menuju Batavia.
Tokoh lainnya bernama Datuk Maringgih. Ia seorang yang terpandang di desanya. Bahkan merupakan saingan ayah Siti Nurbaya, Baginda Sulaiman. Datuk Maringgih menyimpan rasa dengki atas keberhasilan bisnis Ayah Sitti Nurbaya. Ia kemudian berbuat hal jahat menjatuhkan usaha Baginda Sulaiman dan membuatnya bangkrut tak berdaya. Tak berhenti sampai di situ, Datuk Maringgih juga membuat ayah Sitti Nurbaya berutang banyak padanya. Saat Datuk Maringgih datang memaksa keluarga Sitti Nurbaya membayar utang, ia kemudian menawarkan diri untuk menikah dengan sang Datuk asalkan semua utang ayahnya dianggap lunas tanpa sisa. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Datuk Maringgih menerima penawaran tersebut.Sitti Nurbaya dan Datuk Maringgih akhirnya menikah jua, namun karena perlakuan sang suami yang dianggap kasar, akhirnya Sitti Nurbaya lari ke Batavia dan bertemu dengan Samsulbahri di sana. Mereka kembali jatuh cinta sampai suatu saat Siti Nurbaya menerima surat dari desa yang menyatakan bahwa ayahnya telah meninggal. Ia akhirnya kembali ke Padang dan meninggal di sana akibat keracunan kue yang diberikan oleh Datuk Maringgih. Samsulbahri sangat terpukul dan mencoba bunuh diri tetapi tak bisa. Pada akhirnya, di suatu kesempatan, ia berhasil membalaskan dendamnya.Menurut bebrapa pengamat sastra, novel ini tidak menggunakan gaya penuturan Marah Rusli yang sebenarnya sebab pada jaman tersebut semua penulis yang bukunya hendak diterbitkan oleh Balai Pustaka harus mematuhi “gaya” yang telah mereka tetapkan. Meski demikian, pemilihan kata Marah Rusli dalam novel ini sangat memikat meski ia terkesan memilih bahasa yang aman. Dalam novel ini, ia juga banyak menggunakan pantun untuk menyampaikan persaan, salah satunya adalah:“Padang Panjang dilingkari bukit,bukit dilingkari kayu jati,Kasih sayang bukan sedikitdari mulut sampai ke hati”


b. Judul : La Hami



     Angkatan : 20- an
Telah dua bulan lamanya, Ompu Keli dan istrinya menunggu dengan cemas keberadaan anak angkatnya La Hami yang telah disuruh pergi olehnya bertandang ke Gunung Donggo. Perjalanannya mengendarai kuda Sumba dengan senjata parang, tombak, panah, jerat, dan tanpa membawa bekal makanan. Perjalanannya dari sini ke Kempo melalui Sanggar, dompo, padende, lalu ke Gunung Soromandi. Di Sanggar, La Hami di sambut senang oleh Ompu Ito bahkan La Hami diberi bekal makanan olehnya. Selain perjalanannya ke Gunung Donggo, La Hami juga melakukan perjalanan ke Bima. Ketika perjalanan ke Bima La Hami mengalami beberapa halangan, La Hami turun dari Gunung Soromandi ke Bima tanpa menunggang Sumba. Ketika menyeberang menuju Bima, ikutlah nelayan yang bernama Kifa dan dia menginap di rumahnya. Di tempat tinggal Kifa kebetulan sedang ada perayaan Maulid Nabi dan upacara perayaan Sirih Puan yang diramaikan dengan permainan Kuraci (berpukul-pukulan badan dengan rotan) dan permainan bersepak kaki. Melihat permainan bersepak kaki La Hami tampaknya pingin mencoba, setelah diladeni jago Wera ternyata roboh oleh La Hami. Datang orang tinggi besar menahannya untuk berlawanan, dengan terpaksa karena La Hami dilecehkan, akhirnya dia menuruti tantangan jago dari Sape tersebut dan akhirnya Sape tersebut kalah. La Hami dipanggil Sultan Bima yakni Sultan Kamarudin. Di depan pramesuri Sultan, putri-putrinya, dan para punggawa untuk diberi pekerjaan. Namun, La Hami mohon untuk pulang kampung Sanggar pamit pada kedua orang tuanya.Malam hari Ompu Keli bercerita kepada La Hami tentang asal-usulnya. Diceritakan pada 24 tahun yang lalu, yang menjadi Datuk Rangga di negeri Sumbawa adalah Raja Ajong atau Ompu Keli dan didampingi sang istri Putri Nakia. Saat itu Raja Sumbawa adalah Sultan Badrunsyah. Kepergiannya karena keadaan pemerintahan saat itu tidak stabil. Terjadilah fitnah dari Daeng Matita yang haus jabatan. Ia bekerja sama dengan Ponto Wanike, seorang pimpinan bajak dari pulau Ragi. Pada suatu hari, Ompu Keli pergi memancing ke pantai, di situlah, Dewa mendengar tangisan bayi. Setelah didekati ternyata seorang bayi laki-laki yang berumur sekitar satu bulan. Diletakan di atas sampan beralaskan tikar jontal yang baik anyamannya, berkalung dokoh yang terbuat dari mas, berselimutkan sutera bertekad emas dan semuanya berciri dari Bima. Lalu dibawanya pulang dan di beri nama La Hami, Ina Rinda atau Putri Nakia merasakan senang karena selama ini tak berketurunan.Terdengar kabar oleh Daeng Matita bahwa Raja Ajong yang menyingkirkan diri dari Sumbawa kini ada di pantai Sanggar dengan mengganti nama Ompu Keli dan akhirnya timbul kembali dendam lamanya yang sudah 24 tahun. Daeng Matita akan segera menyerang Sanggar. Di bagilah tugas mereka dengan Ponto Wanike menyerang pantai Sanggar dan Daeng Matita menyerang dari arah darat yakni di Lembah Jambu. Perang belum dimulai namun rencana serangan pasukan sumba telah tercium oleh pasukan Sanggar sehingga Sanggar telah bersiap-siap. Di kedua belah pihak terdapat pasukan yang mati dan luka-luka, namun jumlah yang celaka lebih banyak di pihak Sumba. Dengan gagah berani, Ponto Wanike bisa dibunuh oleh La Hami. Kemudian pasukan Sanggar menuju lembah Jambu untuk membabantu Raja Ajong dan Lalu Jala, di tengah perjalanan pasukan yang dipimpin Daeng Matita dihadang oleh pasukan Sanggar dan peperangan terjadi dengan dahsyatnya. Pasukan Sumba terlihat kewalahan karena harapan bantuan dari pasukan lain tidak kunjung datang sementara pasukan Sanggar mendapat bantuan dari Dompo dan Kempo. Semakin paniklah Daeng Matita. Datanglah pasukan La Hami tambahlah kacau pasukan Sumba. Sebagian besar pasukan Sumba terbunuh, Daeng Matita melarikan diri setelah menebas rusuk Raja Ajong. Namun setelah dikejar oleh pasukan Sanggar yang terpencar akhirnya Daeng Matita bisa dilumpuhkan, sedangkan pasukan yang tersisa diampuni dan kembali ke Sumba.Sultan Komarudin yang sedang asik bercengkerama dengan permaisuri Cahya Amin dan putrinya Putri Sari Langkas, teringatlah bahwa suatu saat tak ada lagi yang bisa menggantikan baginda karena tak punya anak putra. Anak sulungnya telah diculiknya 24 tahun yang lalu, sedangkan Putri Sari Langkas adalah putri kedua. Akhirnya teringatlah sang permaisuri kepada pemuda yang bernama La Hami karena umur dan perawakannya mirip dengan putra sulungnya bahkan mirip dengan Sultan Komarudin. Khayalannya dengan La Hami akhirnya membuat penasaran yang semakin mendalam. Namun, permaisuri tidaklah yakin karena pemuda itu bernama La Hami yang telah membinasakan Daeng Matita dan Ponto Wanike dari Sumbawa. Cahya Amin lalu membayangkan dan mencari-cari sebab Ompu Keli ternyata Raja Ajong atau Datu Ranga Sumbawa dulu yang menyingkir ke pantai Sanggar 24 tahun lalu. Namun, permaisuri ragu karena Raja Ajong seingat permaisuri tidak punya anak. Akhirnya permaisuri mengutus pengawal untuk mencari tahu tentang La Hami ke Sanggar. Beberapa hari kemudian, utusan itu pulang memberi kabar bahwa yang sebenarnya La Hami adalah anak Ompu keli, Raja Ajong Sanggar yang dulu adalah Datu Ranga Sumbawa. La Hami adalah anak angkat yang ditemukan di pantai Sanggar ketika masih berumur sekitar satu bulan dengan tanda-tanda ada sehelai tilam daun jontal, sehelai selimut buatan Bima, dan dokoh mas yang amat permainya. Mendengar kabar Cahya Amin sangat gembira karena pastilah La Hami itu putranya dan dengan segera beberapa hari kemudian menyuruh utusan untuk menjemput La Hami.Kabar yang menyenangkan seisi istana Sanggar ini membuat Raja Sanggar, Sultan Amarullah, Raja Ajong, Lalu Jala, La Hami, dan Putri Nakia datang menghadap Sultan Abdul Azis untuk mengabarkan perihal yang sebenarnya. Sebelum datang rombongan dari Sanggar, terdengarlah kabar kalau Sultan Bima Sultan Kamaruddin akan datang ke Dompo untuk menjemput putranya La Hami. Perjalanan dari Dompo ke Sanggar, Sultan Kamaruddin diiring oleh Raja Ajong, Permaisuri Cahya Amin dan Putri Sari Langkas diiring oleh Putri Nakia, dan La Hami dengan Lalu Jala. Dalam perjalanan menuju Sanggar terlihatlah pula kalau Lalu Jala menyukai adik La Hami yakni Putri Sari Langkas. Pada suatu hari, Sultan Bima menyampaikan maksudnya melamar Putri Nila Kanti untuk La Hami dan Raja Sanggar Sultan Amarullah melamar Putri Sari Langkas kepada Sultan Bima Sultan Kamaruddin untuk Lalu Jala. Pada hari yang telah ditentukan, dilangsungkanlah perkawinan keempat sejolo ini dengan meriah. Beberapa bulan kemudian, La Hami dinobatkan menjadi Sultan Bima dengan gelar Sultan Abdul Hamid dan Lalu Jala dinobatkan menjadi Sultan Sanggar dengan gelar Sultan Abdul Jalal.

c.  ANAK DAN KEMENAKAN

    Angkatan : 20- an (Balai Pustaka)
Mr. Muhammad Yatim, dr.Aziz, Puti Bidasari, dan Sitti Nurmala adalah empat orang yang sudah menjalin persahabatan dari kecil, mereka semua berasal dari keluarga bangsawan. Selain hubungan persahabtan, diantara kedua pasangan anak muda itu juga terjalin hubungan antara kekasih. Mr. Muhammad Yatim mencintai Puti Bidasari, yang merupakan adik angkatnya dan dibesarkan dalam satu keluarga yaitu keluarga Sutan Alamsyah dan istrinya Sitti Maryam. Sedangkan Sitti Nurmala menjalin hubungan dengan dr.Aziz. Sitti Nurmala merupakan putri dari saudagar kaya di Padang yaitu Baginda Mais dan istinya Upik Bunngsu. Sutan Alamsyah sangat bahagia atas kedatangan anaknya Mr. Yatim dari negeri Belanda yang sudah menyelesaikan sekolahnya sebagai Hakim Tinggi sehingga dia mendapat gelar Master Doktor, yang pada saat itu adalah gelar tertinggi di Padang, dan hanya Mr. Yatim yang mendapat gelar tersebut.Sutan Alamsyah Hopjaksa ingin mempersandingkan anaknya Mr. yatim dengan keponakannya Puti Bidasari yang merupakan anak kakak perempuannya yaitu Putri Renosari dan Sutan Baheram, tapi lamaran Sutan Alamsyah ditolak, karena mereka tahu asal-usul Mr. Yatim yang bukan anak kandung Sutan Alamsyah. Mereka kira Mr. Yatim adalah anak tukang pedati yang miskin, meskipun dibesarkan dan diangkat anak oleh Sutan Alamsyah bahkan sampai disekolahkan dan mendapat gelar Mester Doktor di Negeri Belanda.Adat tetap adat dan selalu membelenggu, mengukung dan membagi dalam tingkat kehidupan masyarakat, seperti halnya Putri Renosari yang ingin menikahkan anaknya dengan seorang bangsawan lagi. Bidasari akan dikawinkan dengan turunan bangsawan tinggi Sutan Malik, kemenakan Sutan Pamenan yang gemar berjudi dan menyabung ayam.Biaya pernikahan Puti Bidasari dengan Sutan Malik ditanggung oleh Baginda Mais yang merasa diuntungkan dengan pernikahan Puti Bidasari dan Sutan Malik, karena kesempatan untuk menikahkan putrinya Sitti Nurmala dengan Mr. Yatim terbuka lebar. Akankah Mr. Yatim menikah dengan Bidasari ataukah akan bersanding dengan Sitti Nurmala sebagaimana permintaan ayah angkatnya Sutan Alamsyah, sedangkan Sitti Nurmala adalah kekasih dr. Aziz yang merupakan sahabat karibnya dari kecil.


3. HAMKA



a. Tenggelamnya Kapal van der Wijck

      Angkatan : 30- an ( Pujangga Baru )
Semenjak usia 9 bulan, Zainuddin sudah ditinggal meninggal oleh ibunya Daeng Habibah. Disusul ayahnya Pendekar Sutan tidak lama kemudian. Mak Base-lah yang merawat dan membesarkan Zainuddin. Zainuddin lantas pergi ke Padang untuk mencari keluarga ayahnya di Desa Batipuh, Padang. Di kota ini, Zainudding tinggal di rumah Made Jamilah, yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan ayahnya. Sebagai pendatang dari Makassar, Zainuddin merasa asing di Padang. Suatu hari, Zainuddin bertemu dengan seorang gadis yang berhasil mencuri hatinya. Dia adalah Hajati. Zainuddin jatuh hati pada Hajati pada pandangan pertama, ketika dirinya meminjamkan payung pada gadis tersebut. Setelah itu hubungan mereka makin lama makin akrab. Tak pelak hal ini menuai gunjingan dari orang-orang Batipuh. Demi menjaga nama baik semuanya, ibunda Hajati meminta Zainuddin untuk meninggalkan Batipuh. Dengan terpaksa, Zainuddin pergi ke Padang Panjang. Sebelum Zainuddin pergi, Hajati sempat menyatakan bila hatinya hanya untuk Zainuddin. Hal inilah yang kelak membuat Zainuddin kembali pada Hajati.Setelah beberapa waktu di Padang Panjang, Hajati bertandang ke Padang Panjang atas undangan Chadidjah. Mereka mau menonton pacuan kuda. Di sinilah, Zainuddin hendak menemui Hajati. Sayang, beberapa hal membuat keduanya tidak bertemu. Kecuali, saling pandang selama beberapa waktu. Chadidjah mengejek cara Zainuddin dan Hajati bertemu. Chadidjah sebenarnya punya niat untuk menjodohkan kakak perempuannya dengan Zainuddin. Selang beberapa waktu Mak Base di Padang meninggal. Zainuddin pun menerima warisan yang cukup berlimpah. Karena, ucapan Hajati dulu, Zainuddin pun mengirimkan sepucuk surat yang intinya berisi bahwa dirinya melamar Hajati. Di saat bersamaan, Hajati juga sedang menghadapi pinangan seorang pria bernama Aziz. Pada akhirnya, Hajati harus menolak lamaran Zainuddin dan lebih memilih Aziz sebagai pendamping hidup. Penolakan tersebut membuat kecewa Zainuddin. Sampai-sampai dia jatuh sakit. Berkat motivasi yang diberikan oleh Muluk, anak dari ibu kosnya, Zainuddin berhasil move on. Bersama Muluk, Zainuddin merantau ke Jakarta untuk mengadu peruntungan. Di Jakarta, tak dinyana, Zainuddin sukses menjadi penulis terkenal dengan nama pena “Z”. Di sana juga, Zainuddin mendirikan grup tonil (musik) bernama Andalas. Kehidupan Zainuddin secara ekonomi pun membaik. Setelah ke Jakarta, Zainuddin hijrah kembali. Kota yang ditujunya kali ini adalah Surabaya. Di kota ini, Zainuddin memutuskan untuk membuka penerbitan.Ketika Zainuddin sukses di Surabaya, Hajati juga sedang berada di Surabaya mengikuti Aziz. Tuntutan pekerjaan mengharuskan Aziz berada di Surabaya. Aziz dan Hajati kemudian diundang ke pertunjukan tonil yang dihelat oleh Zainuddin. Saat itu, Zainuddin lebih dikenal dengan nama Tuan Shabir. Hubungan ketiganya baik-baik saja. Pada perkembangan selanjutnya, Aziz harus menghadapi pemecatan. Demi mencukupi kebutuhan ekonomi keduanya mesti banting tulang sana-sini. Bahkan, mereka harus keluar-masuk dari rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya. Sementara, barang-barang mereka habis untuk melunasi utang-utang yang menumpuk. Selama di Surabaya, setelah dipecat, Aziz mulai menunjukkan tanda-tanda kurang baik. Dia mulai suka main perempuan, berjudi, dan mabuk-mabukan. Bahkan secara terang-terangan, Aziz menyatakan sudah tidak lagi mencintai Hajati. Zainuddin kemudian menawarkan keduanya untuk menumpang tinggal di rumahnya.Sebulan tinggal di rumah Zainuddin, Aziz pergi begitu saja ke Banyuwangi dan meninggalkan Hajati sendirian. Sebagai bujangan, Zainuddin lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah. Karena itu, dia jarang bisa bertemu Hajati. Suatu hari, Muluk memberitahu Hajati bahwa sebenarnya Zainuddin masih mencintai Hajati. Bahkan di kamar kerja Zainuddin masih terpampang foto Hajati.Beberapa waktu berselang, sebuah berita mengejutkan datang kepada Hajati. Berita itu mengabarkan bahwa secara sepihak Aziz sudah menceraikan Hajati. Dia juga meminta Hajati untuk tinggal bersama Zainuddin (maksudnya menikah). Di Koran nasional, kemudian diwartakan jika Aziz sudah mati bunuh diri dengan cara meminum pil tidur banyak-banyak. Jasad Aziz ditemukan di sebuah hotel di Banyuwangi.Sebenarnya, Hajati juga masih menyimpan perasaan terhadap Zainuddin. Dan setelah Aziz menceraikannya dan meninggal pula, Hajati meminta Zainuddin untuk mengganggapnya apapun asal bisa tinggal satu atap dengannya. Permintaan itu justru membuat Zainuddin berang. Dia bahkan mengungkit-ungkit soal betapa kecewanya dia waktu lamarannya ditolak Hajati dulu. Hajati pun hendak pergi ke Jakarta naik kapal Van Der Wijck. Seperginya Hajati, Zainuddin sadar jika dirinya sebenarnya tidak bisa hidup tanpa Hajati. Karenaitu,dia menyusulnya naik kereta api saat itu juga. Zainuddin berharap bisa bertemu Hajati untuk mengungkapkan perasaannya.Sayang, harapan Zainuddin tinggallah harapan saja. Sebab, kapal Van Der Wijck yang ditumpangi Hajati karam di dekat Tuban. Hajati sendiri ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Jenazahnya kemudian dimakamkan di Surabaya.Setelah Hajati meninggal, kondisi kesehatan Zainuddin memburuk. Hingga, akhirnya dia meninggal dunia. Jenazah Zainuddin dimakamkan di sebelah makam Hajati.
b. Judul : Merantau Ke Deli   Angkatan : 30- an (Pujangga Baru )
Merantau ke deli adalah sebuah realitas zaman pada masa colonial. Sebuah tempat di daerah sumatera utara yang memiliki lahan luas sebagai tempat utama perkebunan tembakau. Tentu dalam fakta sejarah dituliskan para pekerja yang terdapat dalam perkebunan tersebut adalah para perantau dari luar sumatra, yakni orang-orang jawa dan cina. Sekelumit hamka menuliskan bagaimana kehidupan yang dirasakan oleh orang-orang perkebunan sungguh miris dengan kondisi yang serba kritis. Hanya sedikit orang-orang perkebunan yang bernasib mujur dapat menjadi mandor, assistant, bahkan nyai. Poniem adalah salah satu pekerja yang beruntung tersebut. Wajahnya yang sedikit cantik membuat ia dipelihara oleh belanda dengan menjadi nyai. Sebuah istilah untuk mengatakan simpanan belanda. Poniem yang memang sebatang kara dan bodoh kala tiba di deli hanya pasrah dengan nasib. Kehidupan sebagai seorang nyai hanya melayani sang tuan saja. Nyai yang melayani tuannya tidak harus dijadikan sebagai istri. Ibarat pepatah ia hanya madu bunga yang cuma dihisap saja manisnya. Kepasrahan poniem lantas mempertemukan dia dengan leman. Pedagang minang yang jatuh hati dengan poniem. Walau ia telah menjadi nyai namun leman tetap bertekad untuk menjadikan poniem sebagai istri yang sah. Dialektika ini terus terjadi kala poniem yang malu dengan status nyai menolak ajakan leman untuk menikah. Sebaliknya leman yang memang telah jatuh hati nekad untuk menanti jawaban poniem. Singkat cerita poniem menerima cinta leman dan keluar dari perkebunan deli untuk menikah. Realitas seorang nyai dan deli kini tuntas dalam benak keduanya. Seusai menikah keduanya mencoba memulai kehidupan dengan menjadi pedagang. Jalan terjal dalam membangun bahtera rumah tangga ditengah himpitan ekonomi kadang membuat leman putus asa. Poniemlah yang mampu membawa suasana dalam bahtera tersebut menjadi hidup. Poniem dengan budaya jawanya memiliki kesetian sedarah dengan sang suami. Keduanya saling membahu hingga ahirnya ekonomi mereka membaik bahkan maju. Dibantu dengan teman sejawat poniem yang melarikan diri dari deli lantas menjadikan usaha mereka maju pesat. kemajuan pesat ini lah yang lantas mengundang secara tiba-tiba sanak kerabat leman yang tiba-tiba datang. tentu hal ini menjadi kebanggaan keduanya ketika kemasyuhran mereka telah terdengar hingga kampung asal leman di minangkabau. tak ada gading yang tak retak, mungkin inilah yang dicba dicari oelh sanak kerabat leman kala melihat leman yang telah sukses dengan perdagangannya menikah dengan orang non minang. apalagi keduanya belum mendapat seorang anak di tahun ke lima pernikahanya. “Belum dianggap menikah orang tersebut, jika tidak dengan orang minang” latar belakang poniem sebagai orang jawa dianggap asing di mata keluarga leman. Apalgi poniem adalah buruh kebun yang tak jelas asal usul keluarganya. Hal ini lah yang menjadi pisau untuk membuat celah dalam keluarga leman. Pada awalnya sang kelaurga menyayangkan pernikahan leman yang tidak berjodoh dengan orang jawa. Lantas dialnjutkan dengan asal usul keluarga yang tak jelas. Ahirnya pihak keluarga menyuruh leman untuk menikah lagi dengan wanita minang pilihan keluarganya. Leman yang awalnya menolak kemudian meragu kemudian menerima usulan tersebut. Lain halnay dengan poniem yang sebenarnya menolak pernikahan kedua sang suami hanya bisa mengelus dada karna memang tak punya kuasa. Pernikahan tersebut berlangsung, leman membawanya ke medan tinggal serumah dengan poniem. Maka sejak saat itu timbulah konflik antar dua wanita beda suku tersebut. Poniem yang dipandang sebelah mata oleh istri muda memang tak juga mendapat perhatian dari leman. Konflik memuncak kala poniem bersitegang dengan istri muda dan ahirnya leman memilih istri mudanya dan menceraikan poniem. Hidup sebatang kara dan terusir dari rumah yang dibangun bersama dengan leman membuat poniem semakin duka dengan nasibnya. Bersama teman sejawatnya paijo poniem memilih menjauh ke medan dan membuka usaha untuk menyambung hidup. Berbekal pengalaman dan keuletan bersama usaha mereka pun maju pesat, sebaliknya leman yang ditinggal sang istri pertama mulai merasakan pailit akibat tidak mampu mengatur manajemen perdagangannya, leman pun bangkrut. Ahir cerita poniem menikah dengan paijo.


c. DIBAWAH LINDUNGAN KA’BAH

     Tahun : 1938
Seorang pemuda bernama Hamid, sejak berumur empat tahun telah ditinggal mati ayahnya. Ayah Hamid mula-mula ialah seorang yang kaya. Karena itu banyak sanak saudara dan sahabatnya. Tetapi setelah perniagaannya jatuh dan menjadi melarat, tak ada lagi sanak saudara dan sahabatnya yang datang. Karena sudah tak terpandang lagi oleh orang-orang sekitarnya itu, maka pindahlah ayah Hamid beserta ibunya ke kota Padang, yang akhirnya dibuatnya sebuah rumah kecil. Di tempat itulah ayah Hamid meninggal.
Tatkala Hamid berumur enam tahun, untuk membantu ibunya ia minta kepada ibunya agar dibuatkan jualan kue-kue untuk dijajakan setiap pagi.
Di dekat rumah hamid terdapat sebuah gedung besar yang berpekarangan luas. Rumah itu telah kosong karena pemiliknya, seorang Belanda, telah kembali ke negerinya. Hanya penjaganya yang masih tinggal, yakni seorang laki-laki tua yang bernama Pak Paiman. Tetapi tak lama kemudian, rumah itu dibeli oleh seorang-orang kaya yang bernama Haji Jakfar. Isterinya bernama Mak Asiah dan anaknya hanya seorang perempuan saja yang bernama Zainab.
Setiap hari Hamid dipanggil oleh Mak Asiah karena hendak membeli makanan yang dijualnya itu. Pad awaktu itu juga ia ditanya oleh Mak Asiah tentang orang tuany6a dan tempat tinggalnya. Setelah Hamid menjawab pertanyaan itu, Mak Asiah pun meminta kepada Hamid agar ibunya datang ke rumahnya. Sejak kedatangan ibu Hamid ke rumah Mak Asiah itulah, maka persahabatan mereka itu menjadi karib dan Hamid beserta ibunya sudah dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Ketika Hamid berumur tujuh tahun, ia pun atas biaya Haji Jakfar yang baik hati itu disekolahkan bersama-sama anaknya, Zainab, yang umurnya lebih muda daripada Hamid. Pergaulan Hamid dengan Zainab, seperti pergaulan antara kakak dengan adik saja. Setelah tamat dari SD, Hamid dan Zainab pun sama-sama dilanjutkan sekolahnya ke Mulo.
Setelah keduanya tamat dari Mulo, barulah Hamid berpisah dengan Zainab, karena menurut adat Zainab harus masuk pingitan, sedang Hamid yang masih dibiayai oleh Haji Jakfar, meneruskan pelajaran ke sekolah agama di Padangpanjang. Di sekolah itulah Hamid mempunyai seorang teman laki-laki yang bernama Saleh.
Pada suatu petang, tatkala Hamid pergi berjalan-jalan di pesisir, bertemulah ia dengan Mak Asiah yang baru datang dari berziarah ke kubur suaminya. Ia naik perahu sewaan bersama-sama dua orang perempuan tua lainnya. Pada pertemuan itulah Mak Asiah mengharapkan kedatangan Hamid ke rumahnya pada keesokan harinya, karena ada suatu hal penting yang hendak dibicarakannya. Setelah Hamid datang pada keesokan harinya ke rumah Mak Asiah, maka Hamid pun dimintai tolong oleh Mak Asiah agar ia mau membujuk Zainab untuk bersedia dinikahkan dengan kemenakan Haji Jakfar yang pada waktu itu masih bersekolah di Jawa. Tetapi permintaan itu ditolak oleh Zainab dengan alasan ia belum lagi hendak menikah.
Penolakan itu sebenarnya disebabkan Zainab sendiri telah jatuh cinta kepada Hamid. Bagi Hamid sendiri, sebenarnya ia cinta kepada Zainab, hanya cintanya itu tidak dinyatakan berterus terang kepada Zainab. Karena itulah, sebenarnya suruhan Mak Asiah itu bertentangan dengan isi hatinya. Tetapi karena ia telah berhutang budi kepada Mak Asiah, maka dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kejadian itu Hamid pun pulang ke rumahnya, tetapi sejak itu, ia tidak pernah lagi datang ke rumah Mak Asiah, karena sejak itu ia meninggalkan kota Padang menuju Medan dan selanjutnya pergi ke tanah Suci Mekah. Dari Medan Hamid berkirim surat kepada Zainab untuk minta diri pergi menurutkan kemana arah kakinya berjalan. Surat Hamid itulah yang selalu mendampingi Zainab yang dalam kesepian itu.

Materi dari :
Adimassutrisno

Komentar

  1. yak betul sekali juragan, :) (y) sejak dulu sastra memang indah, dan...
    ..
    tetap indah hingga saat ini

    BalasHapus
  2. wah keren2 nih sinopsisnya, mau gamau harus dibaca nih artikelnya min

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer