Review Komik : Pryde And Wisdom (1996)




Pryde and Wisdom, komik Marvel yang terbit tahun 1996 ini terdiri dari tiga issue saja, merupakan mini-seri yang membawa pembaca pada kasus di kota London. Seri ini menceritakan tentang kejadian dimana Kitty Pride bersama Pete Wisdom yang ditugaskan oleh Mr. Jardine untuk menyelidiki pembunuh berantai di kota London karena Mr. Jardine khawatir akan keselamatan anaknya, seorang jurnalis yang menyelidiki kasus ini.

Jika harus memberikan review serta berbagai macam halnya secara lengkap, rasanya saya kurang bisa merangkumnya berhubung seri ini sendiri hanya terdiri dari tiga issue saja. Tapi sebagai tukang review komik Marvel & DC bahasa Indonesia, mari kita sedikit bahas komik ini.

Bagi para pembaca yang baru saja kenal dengan Pete Wisdom dan Kitty Pride, mereka berdua adalah anggota Excalibur, tim yang bisa dibilang merupakan X-Mennya Eropa. Kitty Pride atau yang lebih dikenal sebagai Shadowcat dalam komik ini memegang peranan penting-tentu saja- bersama dengan Wisdom yang selalu bergaya acuh tak acuh bersama dengan rokok terselip di bibir dan tangan menggenggam leher botol.

Kisah yang disajikan terbilang cukup bagus, ceritanya dipenuhi oleh intrik detektif, sedikit terasa bak komik DC yang biasa menggunakan aksi hipotesis-kejar-tangkap dengan para penjahatnya.

Tokoh antagonis komik ini merupakan seorang pembunuh berantai yang konon bisa membuat korbannya berubah menjadi fosil dalam sekali sentuhan. Tugas Kitty Pride bersama Pete pun menjadi lebih mudah ketika mendapatkan anggota ekstra untuk penyelidikan mereka, yakni Constance Johanssen, Inspector Strangefoot dan Bob.



Mulai dari bom yang diletakan di mobil Kitty dan Wisdom sampai bom yang ditaruh dibalik pintu kamar hotel, aksi penjahat yang berusaha menjatuhkan upaya Kitty dan Wisdom juga diimbangi dengan usaha mereka berdua mengungkap siapa orang dibalik semua itu.

Art yang disajikan tentu saja sesuai dengan bagaimana gaya komik pada tahun 96. Ya, kala itu masih transisi antara gaya komik lama dengan yang baru. Ini yang membuat saya tertarik untuk membaca, dimana ada elemen-elemen yang bisa kita temukan dalam komik lawas, juga komik modern.

Dulu saya berpikir jika komik terbitan dibawah tahun 2000 pasti memiliki balon-balon dialog yang terisi penuh oleh kalimat-kalimat panjang, tapi dalam komik ini penggunaan kata-kata digunakan sebaik mungkin, tidak ada pemborosan kata yang terlalu berarti atau penyingkatan yang membuang makna cerita. Berbeda ketika saya membaca komik Gambit yang terbit tahun 1990, dimana saya kebingungan dengan kalimat yang bahkan memenuhi halaman lebih dari gambar itu sendiri.



Komik ini hanya memiliki sedikit kelemahan, karena menurut saya pribadi, ukuran kesuksesan suatu komik terlihat dari bagaimana gambar yang disediakan apakah bisa memanjakan mata atau tidak dan apakah cerita yang disuguhkan akan memanjakan pikiran atau justru membuat orang kebingungan. Komik ini memiliki alur cerita yang sedikit dipaksakan, seakan sang penulis berada dalam ambang deadline sehingga cerita tidak dimanfaatkan semaksimal mungkin. Padahal jika komik ini memang niatnya hendak dibuat mini-seri 3 episode, harusnya tidak terlalu banyak elemen yang dimasukkan, karena ujungnya hanya akan menjadi pemborosan tatkala elemen-elemen yang dimasukan itu hanya hadir dalam satu atau dua panel saja dan menyisakan rasa penasaran pembaca yang tak kunjung terlampiaskan.

Tapi jika bicara plot secara keseluruhan, satu jempol terangkat atas karya dari Warren Ellis ini. Mulai dari konflik keluarga dari Pete Wisdom hingga kisah penyelidikan sang pembunuh yang hanya membunuh teolog dan para penghapal kitab suci bisa terangkum dengan baik dalam komik ini. Juga, komik ini sedikit menceritakan tentang kehidupan Pete Wisdom dan kisah bagaimana dia dan keluarganya menjadi jauh-jauhan.

Overall,
8/10

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis dan Pembahasan Puisi Sajak Matahari karya W.S Rendra

Macam-Macam, Jenis dan Contoh Cara Penggambaran Tokoh dalam Cerita

Jagat Alit - Godi Suwarna