Ngebul #5 : Oat (Lagi)
Saya masih ingat kurang lebih lima tahunan yang lalu.
Kala itu, seorang kawan memperkenalkan saya dengan liquid merk terkenal yang
jadi sensasi di dunia vape : Oat Drips. Di era itu, seingat saya cuma ada satu
Oat Drips—yang meski beberapa bulan kemudian ada beberapa versi baru sehingga
yang ‘OG’ harus dinamai ‘V1’ dan rilis rasa berikutnya dinamai V2 dan
seterusnya.
Setelah diperkenalkan oleh kawan saya itu, beberapa
kali saya sempat beli sendiri. Meski untuk ukuran saya cenderung terlalu manis
alias oversweet, tapi kadang rasa bold dari oatnya itulah yang
saya rindukan. Beberapa kali ganti RDA, tapi kalau sedang kanget oat, saya
selalu menyempatkan beli Oat Drips. Saya selalu membeli Oat Drips botol
biru-kuning alias V1—mulai dari era botol 100ml sampai akhirnya 60ml.
Minggu kemarin, seperti yang sudah disinggung di
postingan sebelumnya ( Ngebul #4 : Sereal, Tapi Mana? ) saya lumayan kecewa
dengan La Cream sehingga berusaha untuk mencari kembali ‘jejak masa lalu’ ini.
Setelah berselancar di Tokopedia beberapa jam, saya menemukan Oat Drips. Tapi
saya bingung juga, karena ternyata variannya makin tahun makin bertambah.
Akhirnya pilihan saya jatuh pada Oat Drips V5 :
Chocolate Legacy. Karena saya pikir toh sudah lama tidak merasakan Oat Drips,
sekaligus lama tidak membeli liquid rasa cokelat—terutama DTL. Setelah kurang
lebih seminggu di perjalanan (yang ujungnya membuat saya menggerutu sendiri
karena lamanya waktu yang dibutuhkan) akhirnya OD V5 ini sampai juga di rumah
dengan selamat. Saya beli di toko langganan, jadi tidak terlalu khawatir soal
keamanan produk, cuma kesal saja pada ekspedisinya.
Setelah paket datang, tentu yang saya lakukan adalah
mencari kombinasi rasa terbaik—mulai membuat settingan yang mantap untuk dual
dan single coil, dan mempersiapkan peralatan untuk #ngebul. Liquidnya sendiri
datang dengan kemasan sederhana, botol yang minimalis tapi niat, dan desain
yang tidak terlalu mencolok tapi memberi impresi bahwa liquid ini diracik
dengan kesungguhan hati.
Untuk tes pertama saya gunakan Dead Rabbit V3 RTA,
karena ini yang paling ‘ganas’ di rumah saya. Selain DR V3 RTA sebetulnya ada beberapa
atomizer dual coil lain, tapi yang tidak perlu repot drip setiap
beberapa menit sekali ya ini. Saya gunakan settingan biasa : menggunakan kanthal
awg 22, diameter 2.5 di 5 wrap rapat dan menghasilkan resistensi 0.18
ohm. Tidak buruk, dan settingan ini justru saya suka karena bisa mengantarkan
rasa manis yang maksimal—meski yang namanya produk Hellvape, kadang liquid
manis bisa berkali-kali lipat lebih manis dengan atomizernya.
Untuk rasa yang dihasilkan di RTA Dead Rabbit V3 ini
betul-betul manis, hampir seperti minum air gula. Kalau cek waktu produksinya,
liquid ini diproduksi di Februaei 2025, jadi seharusnya bukan kerusakan liquid.
Apalagi warna dan aromanya tidak berubah. Saya punya beberapa kapas, jadi
ganti-ganti kapas juga untuk memaksimalkan rasa—dari awalnya Bear Cotton saya
ganti ke Key Cotton dan Atomix Hybrid. Untuk dua yang terakhir lumayan bisa
menekan rasa manisnya.
Rasanya bisa dibilang hampir serupa dengan Oat Drips yang
saya kenal : oat yang manis saat inhale, dan serbuan rasa susu saat exhale.
Hanya saja meski menggunakan nikotin 6mg, saya tidak terlalu bisa mendapatkan ‘kepuasan
nikotin’ yang cukup, mungkin tenggorokan saya yang sudah berubah jadi beton. Rasa
cokelatnya pun tipis jika dirasakan di Dead rabit V3 RTA ini, malah terasa sedikit
wangi saja mirip susu cokelat kental manis—bukan cokelat batangan yang ada khas
pahit ‘kakao’.
Untuk penggunaan di Dead Rabbit V3 RTA, bisa dibilang
lumayan generik, tidak bisa mengantarkan ‘chocolate legacy’ yang disebut
di kemasannya. Tapi karena saya khawatir ini cuma perkara set-up atau atomizer
atomizer yang salah, jadi saya putuskan untuk menggunakan RDA single coil
andalan : Tauren Solo RDA.
Di Tauren Solo, ini baru berasa. Settingannya
menggunakan 4 wrap kanthal 22awg yang menghasilkan resistensi 0.29 ohm
dan running di mode voltase 3.7v. Dengan RDA ini, rasa manisnya bisa
ditekan jauh sekali dan rasa yang saya inginkan keluar : rasa yang kaya dan layer
yang berlimpah. Saat inhale di Tauren, rasa yang dominan adalah oat dan
susu, sementara ketika exhale, cokelat yang hanya terasa sebagai ‘pewangi’
di RTA Dead Rabbit V3 sekarang bisa diantarkan dengan sempurna. Meskipun kembali
lagi bahwa cokelatnya bukan jenis cokelat yang saya harapkan.
Agaknya untuk urusan rasa yang bold saya masih harus
mengandalkan Tauren Solo kesayangan ini, sementara urusan manis dan anti-ribet
memang Dead Rabbit V3 RTA juaranya. Keduanya saya rasa bisa mengantarkan Oat
Drips V5 dengan kekayaan rasanya dalam cara yang berbeda—yang satu bisa menyoroti
rasa manis dan oatnya, sementara yang satu lagi bisa membedah lapisan rasanya
dengan lebih baik.
Kembali ke urusan liquid, saya rasa cukup puas dengan
liquid ini. Meskipun meleset dari harapan dan perkiraan, saya bisa menikmati
liquid ini sampai tuntas. Di beberapa mili terakhir, sayangnya saya merasakan
adanya inkonsistensi rasa seperti yang saya alami dengan liquid English
Breakfast. Rasanya cenderung jadi polos dan hanya manis saja. Entah saya yang
tidak melakukan ‘ritual khusus’, liquidnya bermasalah, atau memang liquid DTL
memang seperti ini. Entah.
Kalau ditanya apakah saya mau membeli lagi Oat Drips
V5 Chocolate Legacy ini mungkin jawabannya tidak. Kalau mau bicara soal rasa
oat, agaknya lebih baik saya mencari saja Oat Drips V1 yang sudah jelas jadi
andalan bertahun-tahun. Karena entah kenapa, meski namanya Chocolate Legacy,
saya tidak merasa ada penggabungan rasa yang spesial dari liquid ini. Hanya
terasa seperti Oat Drips original yang tidak sengaja ketumpahan sedikit susu
cokelat.
Apapun itu, saya kembali pada MTL setelah dua minggu ‘nostalgia’
dengan DTL. Suatu saat saya akan kembali dengan DTL, tapi yang jelas—mungkin tempat
terbaik untuk saya adalah di dunia MTL. Beberapa liquid sedang dalam proses
pengantaran dan jika ada waktu, saya mungkin akan menulis satu-dua paragraf lagi
di segmen ini seperti biasa.
Pukul 4 subuh.
Ciamis, 3 September 2025.
Komentar
Posting Komentar