Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah : Merenung dalam Lembaran Kemurungan

Gambar dari pencarian google

Sebetulnya sejak lama saya ingin meresensi sekaligus memberikan review untuk buku-buku yang ada di rak saya maupun yang pernah saya baca di perpustakaan, tetapi karena disibukkan dengan kegiatan-kegiatan lain ide ini terlupa untuk terbit di venusastra.

Maka dari itu, kali ini saya sengaja hendak memberikan review bin resensi mengenai buku ‘Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah’ karya M Shoim Anwar. Buku kumpulan cerpen ini merupakan salah satu buku favorit saya sejak dulu, dan juga buku kumpulan cerpen paling pertama saya baca bersama dengan Kuda Kayu Bersayap - Yanusa Nugroho.

M Shoim Anwar, sastrawan kelahiran Jombang ini gaya bahasanya memikat saya untuk terus membaca walau kadang saya harus mengerutkan dahi. Bagaimana tidak, tema-tema yang dibawakannya selalu bernada abu-abu menuju gelap, kesedihan dan kemurungan menuju kematian.

Membaca Sebiji Pisang Dalam Perut Jenazah adalah mencoba untuk membaca hati kita, membersihkan serta memperbarui isi kepala kita. Buku yang diterbitkan oleh Tiga Serangkai ini membuat saya selalu terbayang akan kehidupan dan makna-makna dalam setiap peristiwa yang kadang nyempil dan terlewatkan.

Delapan belas cerpen yang ada di buku ini rata-rata sudah terbit di media massa, entah itu Jawa Pos, Horison atau Surabaya Post. Cerita yang dimuat mulai tahun 1990an sampai 2003, tentu dalam tahun-tahun itu gaya cerpen bisa dibilang sedang panas-panasnya menentang politik serta sindir-menyindir kehidupan sosial.

Dari delapan belas cerpen yang ada di dalam buku ini, saya secara personal suka terhadap cerpen berjudul Luka Memanjang, sebuah cerita yang membuat saya bergidik. Tanpa metafor-metafor yang rumit dan mencekik, Shoim Anwar menyajikan cerpen ini apa adanya, dari relung hati serta pemikiran paling dalam. Cerpen yang membahas liku-liku kehidupan manusia ini selalu membuat saya terbayang-bayang akan masa depan dan masa lalu : apa aku di masa lalu? Bagaimana aku akan menghadapi masa depan?

Kebingungan, kebimbangan, serta ketakutan merupakan inti dari buku ini. Semuanya dikemas rapi oleh Shoim Anwar dalam beragam cerpen yang juga memberi warna berbeda. Tapi semuanya sama-sama ditujukan untuk menguji pembaca agar bisa merenungkan kehidupan barang sejenak.

Saya berulang-ulang membaca buku ini, dan merupakan buku paling banyak saya baca berulang-ulang kedua setelah buku Kuda Kayu Bersayap. Hingga akhirnya saya sadar, tidak ada romantisme atau kebahagiaan dalam buku ini. Murni, buku ini menyajikan kebimbangan, kebingungan dan kemurungan.

Seperti terhipnotis, saya dipaksa untuk merenung setiap kali selesai membaca cerpen-cerpen dalam buku ini. Tidak ada cerita yang bisa saya baca sambil senyum-senyum bahagia sebagaimana saya membaca buku Yusi Avianto atau Seno Gumira, semuanya memaksa saya untuk merenungkan kembali kehidupan.

Tampaknya, M Shoim Anwar menyadari jika kehidupan ini memang absurd. Kehidupan ini serba membingungkan dan penuh oleh tangis serta kemurungan. Kisah sebiji pisang yang menjadi awal malapetaka, kisah jutawan yang ternyata semua hartanya hasil ngutang, hingga yayasan yang memonopoli sistem pendidikan. Semuanya berhasil membuat saya terdiam.

Buku ini mempunyai nilai plus, yakni menyajikan corak rasa yang sama dari awal hingga akhir. Ditambah dengan pemilihan topik yang hati-hati dan selalu menyisakan renungan, maka buku ini saya patenkan sebagai buku pemicu refleksi diri serta buku untuk sejenak memikirkan kehidupan.

Minusnya, gaya bahasa yang digunakan memiliki kecenderungan gaya bahasa lama dan terlalu konservatif. Pemilihan diksi saya rasa kurang pas, dalam beberapa kejadian malah terlalu banyak pemborosan kata yang mengakibatkan saya tergelincir dari pokok cerita.

Tapi secara keseluruhan, buku ini adalah salah satu dari buku kumpulan cerpen terbaik. Setidaknya, sampai saat ini saya belum menemukan buku kumpulan cerpen lain yang isinya memicu pembaca untuk merenung dari awal sampai akhir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis dan Pembahasan Puisi Sajak Matahari karya W.S Rendra

Macam-Macam, Jenis dan Contoh Cara Penggambaran Tokoh dalam Cerita

Jagat Alit - Godi Suwarna