Postingan

Basa-Basi #50 : Cukup

Gambar
Tidak terasa seri tulisan Basa-Basi ini sudah ada 50. Meski diunggah kadang beberapa bulan sekali—atau malah setahun sekali—tapi rasanya sudah cukup banyak. Kurang lebih sudah tujuh tahun lamanya sejak episode pertama Basa-Basi saya muat di blog ini, dan semakin hari sepertinya makin banyak yang berubah. Kadang saya membaca ulang tulisan-tulisan dari masa lalu itu : penuh semangat, kadang terdengar dibuat-buat, kadang terdengar sok keren, tapi semuanya melekat pada masanya. Ada waktu dimana saya memang sedang 'membara' untuk membahas sesuatu yang saya pikir menarik—meski seiring berjalannya waktu, saya rasa hal-hal itu mulai terjawab atau bahkan terlupakan. Salah satunya adalah bahasan soal filsafat, yang di masa remaja saya pikir sesuatu yang keren tapi lama-lama sepertinya tidak juga. Mungkin bagian dari dunning-kruger effect, saya kira saya tahu banyak—tapi justru dangkal sekali. Alasan lainnya, saya kira banyak hal yang jadi bergeser secara prioritas. Dulu saya

Basa-Basi #49 : Mentor

Gambar
Entah algoritma media sosial yang kurang ajar, atau memang tren yang ada mulai bergeser, yang jelas akhir-akhir ini saya dihinggapi rasa bosan. Alasan utama datangnya kebosanan itu berawal dari saran konten di hampir semua media sosial yang saya gunakan (meskipun sebenarnya hanya membuka X dan Tiktok) yang seolah tidak menawarkan hal-hal menyenangkan. Secara spesifik lagi, seolah-olah semua orang berlomba untuk menjadi kaya, menjadi sukses dengan instan sekaligus menjadi lebih kaku. Fear mongering alias jualan ketakutan menjadi barang dagangan utama. Dimana-mana orang berteriak soal masalah yang dibuat-buat, dan tetap saja UUD alias Ujung-ujungnya Duit. Di satu titik saya muak dan menyentuh tombol ‘not interested’ setiap kali konten semacam itu muncul, utamanya yang membual tinggi-tinggi. Meski sebenarnya sah-sah saja konten semacam itu dibuat, tapi entahlah, semuanya terasa aneh. Pola-pola penyebaran konten berbasis jualan ketakutan ini selalu berakhir dengan tips dan trik yang memb

Basa-Basi #48 : May

Gambar
  Sudah lama sejak terakhir saya menulis diary . Entahlah, mungkin karena cuaca, tiba-tiba ingin menulis diary. Saat menulis ini, listrik sedang padam. Ponsel saya mati sehingga tidak ada koneksi internet. Untungnya, ipad masih penuh karena sebelumnya saya tinggal ketika mengisi daya. Langit mengeluarkan suara-suara nyaring yang membuat kucing terkaget-kaget, angin berhembus sedikit kencang tapi hujan tak kunjung turun. Gelap memang, mendung sekali. Padahal baru jam empat kurang lima belas menit. Sudah satu bulan sejak saya putus dengan mantan kekasih. Menyebalkan, menyesakkan dada, dan kadang ada rasa penasaran. Masih ada perasaan tidak terima kadang-kadang, tapi kunci dalam segala permasalahan adalah ikhlas. Rela ataupun tidak, jalan ini memang pilihan yang terbaik. Saya tidak tahu jika suatu saat kami akan bertemu kembali, rahasia Tuhan selalu absurd dan tidak bisa diterka. Tapi yang jelas, untuk saat ini kami berpisah. Masih berteman, tapi katakanlah kami tidak saling peduli satu s

Basa-Basi #47 : Yoyok Dumprink

Gambar
  Selama dua hari saya marathon nonton film-film garapan Yoyok Dumprink. Tidak banyak yang tahu, tapi saya yakin semua orang tahu Pocong Mandi Goyang Pinggu l, Kungfu Pocong Perawan , Dedemit Gunung Kidul , dan sejenisnya. Total ada sembilan film yang disutradarai oleh Yoyok. Saya akan menjelaskannya lebih lanjut setelah ini. Film-film ini, entahlah. Terlalu sulit untuk menjelaskan maksud dan isi kepala Yoyok Dumprink. Paling sederhana, saya hanya bisa bilang bahwa film hasil Sutradara Yoyok Dumprink adalah perpaduan absurd antara belahan payudara, naskah ngawur, dan hantu asal-asalan.  Yoyok Subagyo is an Indonesian film and television series director. He was born in the city of Medan, in the province of North Sumatra, February 24th 1972. He started his movie directing career in 2010 and television series in 2015. He goes by many nicknames such as Yoyok Dumprink in the horror, adventure and suspense genres of film and television series. Then Yoyok Sri Hardianto in teen romance genre o

Basa-Basi #46 : Identitas

Gambar
  Di beranda Twitter, atau sekarang disebut X, sering muncul video-video hasil rekaman siaran langsung dari perempuan-perempuan yang biasa disebut camgirl . Saya mengamati sebagian diantaranya, dan menyadari sesuatu yang menarik. Ada hal menarik dari bisnis bawah tanah ini. Membicarakan pekerjaan seperti ini tentu lekat dengan identitas palsu dan nama-nama julukan yang dipakai sengaja untuk menyamarkan profil. Tapi ada satu perempuan yang menarik, memiliki ribuan penggemar dan ia memiliki kehidupan lain selain menjadi penghibur di sebuah aplikasi yang secara model bisnis ilegal di Indonesia. Katakanlah ia bernama Syifa di akunnya sebagai penghibur, dan ternyata ia memiliki akun media sosial lain yang berbanding terbalik 180 derajat. Nama akunnya Mira (disamarkan juga) dan ternyata ia memiliki puluhan ribu pengikut di media sosialnya. Ini agak membingungkan untuk mengurutkan isi pikiran saya. Tapi saya akan mencoba menjelaskannya. Perempuan ini memiliki dua identitas di media sosial. Se